Sri Mulyani Lantik Isa Rachmatarwata Jadi Dirjen Kekayaan Negara
Editor
Sugiharto
Senin, 3 Juli 2017 18:56 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik Direktur Jenderal Kekayaan Negara yang baru, Isa Rachmatarwata, sore ini, Senin, 3 Juli 2017, menggantikan Sonny Loho. Sebelumnya, Isa Rachmatarwata adalah Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal.
Dalam pelantikan, Sri Mulyani mengucapkan terima kasih kepada Sonny atas pengabdiannya selama ini. Sonny bekerja di Kemenkeu sejak 1979. Sebelum menjabat sebagai Dirjen Kekayaan Negara, Sonny lama berkarir di Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan pernah pula menjabat sebagai inspektur jenderal.
"Saya berterima kasih atas seluruh dedikasi, kerja keras, dan loyalitas Pak Sonny. Tentunya, segala yang telah dicapai Pak Sonny bukan hanya pencapaian secara pribadi tapi suatu pencapaian dari institusi Kementerian Keuangan," kata Sri Mulyani di Kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 3 Juli 2017.
Sri Mulyani pun berpesan kepada Isa Rachmatarwata sebagai Dirjen Kekayaan Negara ke-3 agar meneruskan tugas dari dirjen sebelumnya. "Setiap tahun, waktu kita membelanjakan APBN, banyak belanja modal yang menghasilkan kekayaan negara. Untuk itu, perlu tertib administrasi, tertib hukum, dan tertib tata kelola."
Sonny Loho (kiri)
Selain itu, Sri Mulyani ingin Isa Rachmatarwata mengkaji apakah valuasi yang mencerminkan nilai kekayaan negara yang sebenarnya perlu diperbarui. Menurut dia, valuasi adalah cerminan dari nilai kekayaan negara yang sesungguhnya sehingga masyarakat perlu tahu berapa kekayaan negara. "Ini adalah tugas dari Pak Isa."
Isa Rachmatarwata juga diminta mengoptimalkan aset-aset negara sebab aset-aset negara dinilai belum bekerja dengan keras. "Dirjen Kekayaan Negara harus terus melihat dan memikirkan apakah aset ini pengelolaan terbaiknya seperti yang sekarang," kata Sri Mulyani.
Optimalisasi aset negara, Sri Mulyani berpendapat, penting dilakukan agar perekonomian terus mendapatkan dorongan. "Kita punya banyak aset, lokasinya strategis, tapi tidak optimal. Kita punya banyak aset, tapi dibiarkan menganggur sehingga kita punya ongkos untuk memelihara," tuturnya.
Sri Mulyani menilai, Kemenkeu sebagai manajer aset belum cukup pintar untuk mengelola aset negara. Maka dia meminta Isa untuk membawa cara pandang yang baru, yang lebih progresif. "Jangan pernah mengenal lelah dan puas hanya dengan membukukan aset," ujar Sri Mulyani.
ANGELINA ANJAR SAWITRI