Petugas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta melakukan sidak kualitas produk makanan yang dijual di salah satu supermarket Jalan Sultan Agung, Yogyakarta, 23 Mei 2017. Kegiatan ini dilakukan menjelang bulan puasa dan lebaran karena meningkatnya jumlah bahan makanan yang beredar. TEMPO/Pius Erlangga
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman mengatakan ada penurunan penyerapan stok makanan dan minuman pada Ramadan tahun ini. Ia menambahkan, banyak stok di supermarket yang masih tersisa.
"Biasanya akhir puasa kehabisan stok. Tahun-tahun sebelumnya stok habis," kata Adhi saat ditemui di rumah dinas Menteri Perindustrian, Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Ahad, 25 Juni 2017.
Adhi menuturkan ada kemungkinan terjadi penurunan penjualan dari tahun lalu, meski secara rata-rata tetap tumbuh. "Mengenai angkanya belum tahu, perkiraan lebih rendah 10 persen dari tahun lalu."
Diduga penurunan terjadi karena penjualan pada awal bulan puasa tidak selaku tahun sebelumnya. Tahun ini penjualan baru meningkat setelah seminggu berjalannya Ramadan.
Adhi mengatakan target pertumbuhan sektor makanan dan minuman 7,5-7,8 persen masih bisa dikejar tergantung kondisi. Salah satunya adalah tidak adanya aturan yang menghambat pertumbuhan industri. "Satu semester bisa delapan persen (tumbuhnya). Tahun lalu delapan persen lebih."
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengakui ada penurunan permintaan pada Ramadan tahun ini, namun di lain pihak harga menjadi stabil. Ia melihat dengan kestabilan harga tak menimbulkan guncangan harga dan harga komoditas lain menjadi baik.
Airlangga berharap sesudah Ramadan akan terjadi peningkatan permintaan. Ia juga melihat sektor finansial perlu didorong agar mendongkrak konsumsi lagi. "Selama ini kebijakan finansial ada yang mengerem konsumsi, terutama di bulan Ramadan."