The Fed Dipredksi Masih Akan Naikkan Suku Bunga Dua Kali

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 12 Juni 2017 23:01 WIB

REUTERS/Lucas Jackson

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat diperkirakan masih akan melakukan pengetatan ekonomi dengan kembali menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.


Berdasarkan survei Bloomberg terhadap 43 ekonom, The Fed masih melakukan dua kali kenaikan Fed Funds Rate (FFR) tahun ini dan mulai mengurangi neraca meskipun adanya penurunan tajam dalam prospek inflasi.


Hasil survey yang dilakukan pada 5-8 Juni tersebut menunjukkan, para ekonom memperkirakan kenaikan FFR akan dilakukan pada Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting pada 13 – 14 Juni mendatang serta satu kali kenaikan pada pertemuan bulan September mendatang, diikuti oleh penurunan neraca pada kuartal keempat.


Para ekonom sebelumnya memperkirakan kenaikan suku bunga acuan pada Juni dan Desember. Hal ini berarti harapan untuk kebijakan pengetatan moneter sedikit meningkat bahkan di tengah jatuhnya kepercayaan bahwa The Fed akan mencapai target inflasinya dalam waktu dekat.


Setelah adanya penurunan laju kenaikan harga, hanya 11 persen responden yang disurvei mengatakan inflasi akan menyentuh target 2 persen Fed tahun ini, dibandingkan dengan 42 persen responden pada bulan Maret.


Advertising
Advertising

Omair Sharif, ekonom senior Sociate Generale, mengatakan ada penurunan inflasi inti yang lebih luas yang dapat menyebabkan undershoot terus-menerus.


"The Fed perlu lebih berhati-hati terhadap cara mereka melihat laju inflasi," ujarnya, seperti dikutip Bloomberg.


Meskipun diperkirakan akan menaikkan suku bunga pekan ini, pejabat the Fed berada dalam posisi sulit menyusul penurunan tingkat pengangguran dan lesunya laju kenaikan upah dan harga.


Gubernur The Fed Lael Brainard mengatakan aka nada pemangkasan prospek pergerakan lanjutan The Fed pada paruh kedua tahun 2017 jika laju inflasi masih lemah..


Berdasarkan data Departemen tenaga Kerja AS, tingkat pertumbuhan rata-rata pendapatan per jam turun menjadi 2,5 persen di bulan Mei dari 2,8 persen di bulan Februari bahkan saat pengangguran turun menjadi 4,3 persen.


Selain itu, angka inflasi inti The Fed yang tidak termasuk komponen makanan dan energy turun menjadi 1,5 persen pada April (year-on-year/yoy) dari 1,8 persen di bulan Februari.


Meskipun demikian, para ekonom menunjukkan lebih banyak kepercayaan daripada investor bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga dua kali lagi tahun ini, sejalan dengan proyeksi pembuat kebijakan yang diperbaharui pada bulan Maret.


Namun, penurunan laju inflasi mendorong perubahan cara pandang ekonom terhadap risiko seputar kebijakan moneter. Secara keseluruhan, lebih banyak responden menilai bahwa risiko tersebut secara kasar seimbang, dibandingkan dengan dua bulan yang lalu ketika mereka khawatir bahwa pertumbuhan dan inflasi yang diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan dapat mengganggu pandangan The Fed.

BISNIS.COM

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

3 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

4 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

7 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

7 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

8 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya