Pantau Mutu Udara, KLHK Targetkan 45 Alat Terpasang di Indonesia

Reporter

Kamis, 1 Juni 2017 21:56 WIB

Foto udara suasana Kota Pekanbaru yang terlihat mulai diselimuti kabut asap tipis dampak dari kebakaran hutan dan lahan di Riau, 28 Agustus 2016. Kebakaran hutan dan lahan yang masih terus terjadi mengakibatkan sejumlah daerah mulai diselimuti kabut asap. ANTARA/Rony Muharrman

TEMPO.CO, Jakarta -Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berencana menambah sistem pemantauan mutu udara daring di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun ini, empat kota di Kalimantan akan memiliki unit dengan nilai masing=masing Rp 2,5 miliar ini.

"Untuk memantau mutu udara, kami olah berbagai parameter pantau jadi indeks standar pencemaran udara. Kami juga membangun aplikasi pemantauan kualitas lingkungan berbasis web. Harapannya masyarakat bisa tahu kualitas udara yang menjadi haknya," ujar Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK MR Karliansyah lepas sebuah acara di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 1 Juni 2017.

Pemerintah menargetkan akan ada jejaring 45 unit alat pemantau kualitas udara atau AQMS yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Sebanyak 3 unit telah rampung dibangun di Jambi, Palembang, dan Palangkaraya selama 2016. Sedangkan pada 2017 akan dipasang di 4 kota yakni Pontianak, Banjarmasin, Pekanbaru, Padang. Tahun 2018 nanti, pemasangan unit dipusatkan di 4 kota di Sulawesi, di antaranya Manado dan Makassar.

Unit AQMS yang selama ini sudah ada dihubungkan akan dihubungkan dengan sistem dari KLHK, untuk secara akumulatif dimasukkan dalam target tersebut.

Selama ini, beberapa pemerintah daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan Utara membangun sendiri dengan biaya APBD. Pembiayaan AQMS sendiri, ujar Karliansyah, juga tak tertutup pada pembiayaan pemerintah. PT Chevron Pasific Indonesia sempat membantu pembangunan 5 alat pengukur Indeks Standar Pencemar Udara atau ISPU tersebut di Riau.

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK Dasrul Chaniago juga menjelaskan, bahwa sistem pemantauan kualitas udara seperti ini pernah dikembangkan kementeriannya pada 2009. "Pada saat itu ada kendala, instrumennya banyak tapi dibeli dari asing semua. Harga perbaikan satu alat sama dengan harga beli satu alat dalam negeri. Akhirnya diputuskan untuk membangun baru disini," ujar Dasrul. Ia melanjutkan, satu alat ASMQ buatan luar negeri dibanderol seharga Rp 7,5 miliar, sedangkan buatan dalam negeri besutan PT Trusur Unggul Teknusa bisa diboyong dengan Rp 2,5 miliar saja.

Jaja Ahmad Subarja, pendiri PT Trusur mengatakan ia mulai mengembangkan sistem pemantauan mutu udara daring setelah melihat berbelitnya penggunaan dan pemeliharaan di Indonesia. Pemda harus menunggu lama untuk mendatangkan unit berinvestasi besar ini dari luar negeri. Kebanyakan unit pabrikan Eropa pun tak ayal cepat rusak karena tak didesain sesuai iklim dalam negeri.

"Di Indonesia sendiri yang wilayahnya luas, pemasangan AQMS perlu penyesuaian teknologi dengan regulasi dan kebiasaan, satuannya berbeda," ujar Jaja. Kalibrasi ISPU yang digunakan KLHK, Pemda, maupun pihak swasta pada unit AQMS bisa memakan waktu hingga tiga tahun.

KLHK selama ini berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menyuplai data tiap daerah, walaupun tak sekomprehensif dan selangsung AQMS.

Kini KLHK dan LAPAN juga tengah mengembangkan metode pemotretan kondisi ISPU Indonesia dengan pencitraan satelit. "Hasil hitungan akan dicocokan dengan data riil AQMS. Kalau seandainya itu mirip atau setara, data itu akan bisa diambil sebagai referensi," ujar Dasrul.

AGHNIADI | DEWI

Berita terkait

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

16 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

2 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

3 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

3 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

4 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

8 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

14 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

36 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

51 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya