Hingga Akhir 2017, Diperkirakan Harga Nikel Stagnan

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Selasa, 30 Mei 2017 05:00 WIB

Seorang pekerja saat mengolah nikel di smelter atau peleburan nikel PT Vale Tbk, dekat Sorowako, Sulawesi (8/1). Kebijakan larangan Indonesia terhadap ekspor bijih mineral utama mempengaruhi keefektivitasan untuk berinvestasi di peleburan bahan tambang. REUTERS/Yusuf Ahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Harga diperkirakan merosot ke area US$9.000 per ton sampai akhir 2017 akibat pertumbuhan pasokan yang melebihi volume permintaan.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 26 Mei 2017, di bursa London Metal Exchange (LME), harga nikel meningkat 40 poin atau 0,44 persen menjadi US$9.080 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga nikel merosot 9,38 persen. Adapun pada 2016, harga nikel tumbuh 13,61 persen setelah ditutup di level US$10.020 per ton.

Analis Goldman Sachs Group Inc. Jeffery Currie dan Yubin Yu dalam risetnya menyampaikan nikel yang digunakan dalam campuran bahan stainless steel menjadi logam dengan performa terburuk sepanjang 2017.

Tren penurunan harga diperkirakan berlanjut karena meningkatnya pasokan dari Filipina dan Indonesia. Penggulingan Gina Lopez dari jabatannya sebagai Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina memicu pengoperasian kembali sejumlah tambang.

Sebelumnya pada awal Februari 2017, Gina menyampaikan pihaknya sudah melakukan penutupan tambang yang mencakup sekitar 50 persen dari total pasokan nikel di dalam negeri. Selain penghentian operasi, sejumlah perusahaan dikenakan suspensi ekspor.

Menurut data Kementerian Lingkungan dan Sumber Daya Alam, jumlah perusahaan yang dikenakan penyetopan operasi ialah 23 tambang. Adapun keputusan terhadap 5 tambang lainnya masih ditangguhkan.

Filipina menyumbang sekitar 25 persen produksi nikel global, yang sebagian besar dikirim ke China. Penyidikan terhadap tambang yang diprakarsasi Gina dan Presiden Rodrigo Duterte bertujuan menegakkan standarisasi keselamatan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan harga nikel.

Dari Indonesia, pasokan akan bertambah karena pelonggaran ekspor bijih nikel. Negeri Garuda pernah menjadi pemasok bijih nikel terbesar ke China, sebelum larangan ekspor pada 2014. Sejak adanya larangan, Filipina mengambil peran sebagai eksportir utama. "Harga akan berada di level rendah pada 2017 dan tahun berikutnya sampai para produsen bisa memangkas surplus pasokan," papar riset yang dikutip dari Bloomberg, Senin, 29 Mei 2017.

Goldman pun memprediksi pasar nikel akan mengalami surplus pasokan sebesar 37.000 ton pada 2017 dan 100.000 ton pada 2018. Oleh karena itu, harga berpotensi stagnan di posisi US$9.000 per ton sampai akhir 2017 dan semester I/2018.

BISNIS.COM

Berita terkait

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

27 September 2021

Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Tembus 10,91 Persen di Triwulan II 2021, Artinya?

Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini disebut lebih tinggi dibandingkan nasional.

Baca Selengkapnya

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

23 Mei 2019

Ada Demo 22 Mei, Kemenperin: Industri Tak Terdampak

Demo 22 Mei yang berujung rusuh kemarin diyakini tak menimbulkan dampak yang berarti pada industri nasional.

Baca Selengkapnya

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

23 Juli 2018

Industri Minuman Bakal Tumbuh Positif di Akhir Tahun

Kalangan pengusaha industri minuman yakin bakal mencatatkan kinerja positif pada akhir tahun.

Baca Selengkapnya

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

29 Desember 2017

Dorong Industri 4.0, Menperin: Pendidikan Jadi Kunci Utama

Kunci utama dalam mendorong industri agar bisa menghadapi era ekonomi digital termasuk industri 4.0 adalah pendidikan.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Industri Unggulan Ini Jadi Tumpuan Pertumbuhan

Kemampuannya menyerap banyak tenaga kerja membuat sektor industri dipercaya masih akan jadi salah satu tumpuan pertumbuhan ekonomi di tahun 2018.

Baca Selengkapnya

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

27 Desember 2017

Proyeksi 2018: Bersiap Melompat Lebih Tinggi dengan Industri 4.0

Meski banyak yang pesimistis, tapi tak jarang pihak yang yakin ekonomi bakal tumbuh di 2018 dengan ditopang sejumlah sektor industri sebagai motornya.

Baca Selengkapnya

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

14 Desember 2017

Bank Dunia Sebut Perekonomian RI Positif, Apa Saja Indikatornya?

Tren perekonomian Indonesia pada kuartal ketiga 2017 dinilai positif oleh Bank Dunia.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

11 Desember 2017

Pertumbuhan Industri 2018 Ditargetkan Tembus 5,67 Persen

Kementerian Perindustrian akan mendorong sektor-sektor andalan agar target pertumbuhan industri 2018 bisa tercapai.

Baca Selengkapnya

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

11 Desember 2017

Menperin Sebut 6 Sektor Pendongkrak Pertumbuhan Industri 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan kontribusi pertumbuhan industri 2017 mendekati 20 persen terhadap produk domestik bruto.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

7 November 2017

Pertumbuhan Industri Meroket, Menperin: Ada Optimisme

Industri pengolahan menyumbang paling banyak dalam PDB triwulan III 2017, karena pelaku optimistis.

Baca Selengkapnya