Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi dengan Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik, Djarot Kusumayakti (kiri) dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno saat meninjau truk yang akan mendistribusikan beras di Pergudangan Bulog, Sunter, Jakarta, 2 Oktober 2015. Tempo/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha jasa truk logistik akan menaikkan tarif pengiriman barang pada musim sibuk Ramadan dan Lebaran tahun ini.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Bidang Distribusi dan Logistik Kyatmaja Lookman mengatakan pengusaha terpaksa menaikkan tarif karena stok ban radial semakin menipis. Kenaikan tarif itu juga didorong melambungnya harga ban lokal.
"Ini repotnya jadi transporter. Padahal sekarang volume sedang tinggi-tingginya," katanya, Ahad, 14 Mei 2017.
CEO PT Lookman Djaja ini menuturkan kenaikan beban biaya mereka sebesar 7 persen-10 persen atau sekitar Rp 500 ribu per trip untuk rute Jakarta-Surabaya.
Untuk konsumen dengan kontrak di awal, dia mengatakan pihaknya memang tidak bisa menaikkan harga. Namun, untuk konsumen nonreguler terpaksa dinaikkan.
Dia menambahkan, seperti tahun-tahun sebelumnya biaya pengiriman memang naik di musim sibuk seperti ini karena pertambahan volume. Namun, tahun ini berbeda karena faktor pasokan ban.
Ban merupakan komponen termahal kedua setelah bahan bakar. Untuk rute Jakarta-Surabaya, biaya bahan bakar yang dihabiskan Rp 1-1,5 juta per trip. Sedangkan ban, jika memakai buatan lokal sekitar Rp 1 juta. Sedangkan bila memakai ban radial impor harganya lebih murah 50 persen.
Kenaikan harga ban tersebut seiring dengan semakin menghilangnya ban truk jenis radial (kawat baja) impor di pasaran. Penyebabnya adalah Peraturan Menteri Perdagangan RI nomor 77/M-DAG/PER/11/2016 tentang ketentuan impor ban yang berlaku awal tahun ini.
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
10 hari lalu
Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen
Kementerian Perdagangan menyebut sektor penjualan online paling banyak dilaporkan keluhan konsumen lantaran banyak penipuan. Selain itu, Kemendag telah menutup setidaknya 223 akun yang diindikasi sebagai penipu.