Penjelasan Lengkap Gubernur BI Soal Pelambatan Ekonomi Global

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Jumat, 28 April 2017 05:26 WIB

Agus Martowardoyo. TEMPO/ Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur BI Agus Martowardojo menjabarkan dinamika dan perlambatan ekonomi global sepanjang 2016. Kondisi itu memberikan tiga pelajaran penting untuk diadaptasi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia agar mampu meningkatkan imunitas ekonomi domestik dari guncangan.

"Pertama, perlunya respons bauran kebijakan makro ekonomi antara fiskal, moneter, riil, yang tepat waktu, kedua konsisten, dan ketiga diterapkan secara disiplin," kata Agus dalam peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2016 di Jakarta, Kamis, 27 April 2017.

Pada 2016, Agus mencontohkan, tiga masalah besar ekonomi datang dari lemahnya pertumbuhan ekonomi global, anjloknya harga komoditas yang memukul nilai ekspor, dan juga ketidakpastian pasar keuangan karena kebijakan moneter Bank Sentral AS Federal Reserve.

Simak: Kredit Minus, BI: Pertumbuhan Ekonomi Belum Kuat

Dengan tiga masalah utama tersebut, pemerintah sebagai pengendali instrumen fiskal atau belanja negara harus "mengencangkan ikat pinggang" dengan hanya meningkatkan alokasi belanja sektor produktif, tidak lagi untuk konsumtif.

Pemerintah juga berupaya menambah pundi pundi uang negara dengan program amnesti pajak agar konsumsi pemerintah dapat terjaga. "Sedangkan BI, sebagai otoritas moneter, stabilitator sistem keuangan dan sistem pembayaran, menggunakan instrumen bunga acuan dengan meningkatkan efektivitas dari Bank Indonesia Rate menjadi 7-Day Reverse Repo Rate," kata Agus.

Upaya tersebut untuk meningkatkan kredibilitas instrumen bunga acuan otoritas moneter terhadap permintaan di pasar keuangan. Di sisi lain, kata Agus, BI juga menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah agar daya beli masyarakat tidak tergerus.

Baca: BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

"Selain itu penguatan koordinasi juga dilakukan dengan upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Salah satunya pengesahan Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPKSK)," ujar dia .

Dengan bauran kebijakan tersebut, Indonesia dapat mencegah tekanan deras ekonomi global. Alhasil, kata Agus,Indonesia pada 2016 dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2 persen (yoy) atau lebih baik dari negara-negara lainnya.

Selain bauran kebijakan, pelajaran kedua dari 2016, lanjut Agus adalah penguatan koordinasi dan sinergi kebijakan dari pemerintah pusat hingga daerah yang mampu meningkatkan resiliensi dan fleksibilitas ekonomi

Melalui bauran dan koordinasi kebijakan itu pula, kata Agus, inflasi Indonesia pada 2016 berada di bias bawah target sasaran yakni 3,02 (yoy) persen.

Selain itu, koordinasi kebijakan juga telah memperkuat fundamental ekonomi Indonesia. Alhasil, indikator Neraca Pembayaran Indonesia berbalik mencetak surplus US$ 12 miliar dan kurs rupiah terjaga di level Rp 13 ribu per dolar AS. "Sedangkan pelajaran ketiga, adalah pentingnya diversifikasi sumber ekonomi dengan melanjutkan reformasi struktural perekonomian," ujar dia.

Buku LPI adalah publikasi rutin tahunan BI yang memuat gambaran dinamika ekonomi nasional dan juga menyimpulkan pelajaran yang dapat diadaptasi untuk perumusan kebijakan di tahun berikutnya.

ANTARA

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

3 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

3 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya