ADB: Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Masih Terpengaruh Cina

Reporter

Kamis, 6 April 2017 14:30 WIB

Ilustrasi mata uang dolar AS dan yuan Cina. REUTERS/Jason Lee

TEMPO.CO, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) mengemukakan pertumbuhan produk domestik bruto kawasan Asia Pasifik akan turun menjadi 5,7 persen pada 2017 dan 2018, dari 5,8 persen tahun lalu. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi China yang akan melambat menjadi 6,5 persen pada tahun ini dan 6,2 persen pada tahun depan. Melambatnya ekonomi China disebabkan karena pemerintah Cina sedang melakukan transisi menuju perekonomian berbasis konsumsi.

Yasuki Sawada, Ekonom Kepala ADB, mengatakan Asia yang sedang berkembang akan terus mendorong perekonomian global, bahkan meskipun kawasan ini menyesuaikan dengan perekonomian Republik Rakyat China. "Meskipun ada ketidakpastian dalam perubahan kebijakan di negara-negara maju, kami merasa bahwa sebagian besar perekonomian siap menghadapi guncangan jangka pendek," ungkapnya dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) 2017.

Baca: Soal Asumsi Pertumbuhan Ekonomi 2018, Sri Mulyani: Kita Ambisius


Sementara itu, pertumbuhan di Asia Tenggara secara umum diperkirakan akan semakin cepat dan hampir semua negara memperlihatkan tren peningkatan. Khusus kawasan ini, ADB memperkirakan pertumbuhannya akan mencapai 4,8 persen tahun ini dan 5 persen pada 2018 atau naik dari 4,7 persen tahun lalu.

Menurut Sawada, produsen komoditas seperti Malaysia, Vietnam, dan Indonesia akan diuntungkan oleh pemulihan harga pangan dan bahan bakar dunia. Inflasi konsumen regional Asia diproyeksikan akan menjadi 3 persen pada 2017 dan 3,2 persen pada 2018, naik dari 2,5 persen pada 2016.

Baca: Pemerintah Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi di Atas 6 Persen

Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh permintaan konsumen yang lebih kuat dan harga komoditas global semakin meningkat. "Namun, proyeksi inflasi dua tahun ke depan masih jauh di bawah rata-rata inflasi dalam 10 tahun regional [Asia] sebesar 3,9 persen," ujarnya.

Dari sisi domestik, ADB mengungkapkan sejumlah risiko yang perlu diperhatikan antara lain utang dalam negeri di beberapa negara Asia yang mulai menjadi risiko. Menurut Sawada, otoritas yang berwenang perlu mengatasi risiko ini melalui kebijakan makro yang hati-hati, seperti pengetatan rasio utang, pendapatan bagi pinjaman.

Selain itu, dia menambahkan intervensi yang lebih tegas di pasar perumahan bisa dilakukan guna mendinginkan permintaan spekulatif dan mencegah gelembung aset (asset bubble). Di sisi global, risiko utama yang akan berpengaruh yakni tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi.


Risiko ini akan mempercepat aliran modal keluar di sejumlah negara. "Meskipun risiko ini agak berkurang oleh melimpahnya likuiditas di kawasan ini," katanya.

Menurut ADB, pengaruh pengetatan kebijakan moneter AS kemungkinan terjadi perlahan sehingga pemerintah di Asia Pasifik memiliki waktu untuk melakukan persiapan.

ADB mengingatkan perekonomian dengan nilai tukar fleksibel dapat mengalami depresiasi mata uang yang lebih jauh dan inflasi lebih tinggi. sementara itu, mata uang yang dikontrol pemerintah cenderung kurang terpengaruh dari dampak peningkatan daya saing lewat harga ekspor.


BISNIS.COM

Advertising
Advertising

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

6 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

8 hari lalu

Menhub Budi Karya Sebut Bandara Panua Pohuwato akan Tingkatkan Perekonomian Gorontalo

Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan Bandara Panua Pohuwato menjadi pintu gerbang untuk mengembangkan perekonomian di Kabupaten Pohuwato dan Provinsi Gorontalo.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

9 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

13 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Presiden ADB di AS, Bahas Transisi Energi dan Pensiun Dini PLTU Batu Bara

14 hari lalu

Sri Mulyani Temui Presiden ADB di AS, Bahas Transisi Energi dan Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Dalam pertemuan itu, keduanya membahas kelanjutan kerja sama transisi energi dan uji coba pemensiunan dini pembangkit listrik tenaga batu bara.

Baca Selengkapnya

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

15 hari lalu

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.

Baca Selengkapnya

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

15 hari lalu

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

16 hari lalu

Menko Perekonomian Airlangga Sebut Bakal Lakukan Antisipasi Imbas Serangan Iran ke Israel

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut bakal melakukan antisipasi imbas serangan Iran ke Israel agar perekonomian tidak terdampak lebih jauh.

Baca Selengkapnya

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

20 hari lalu

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik Mencapai 4,9 Persen Tahun Ini, Apa Saja Pemicunya?

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik bakal mencapai angka rata-rata 4,9 persen pada tahun ini.

Baca Selengkapnya