ETP Dukung Transmisi Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Reporter

Kamis, 6 April 2017 14:02 WIB

Obligasi Negara Ritel Seri ORI009. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan Bank Indonesia Nanang Hendarsyah menyambut baik peluncuran electronic trading platform (ETP). Menurut dia, ETP dapat memperdalam pasar keuangan, terutama pasar obligasi. Hal itu berdampak positif bagi kebijakan makro, moneter, maupun mikro.

"Dari sisi makro, pasar keuangan yang dalam akan membuat sumber pendanaan bagi fiskal lebih efisien. Dari sisi moneter, dengan adanya BI 7-Days Reverse Repo Rate, pasar obligasi yang dalam akan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter," kata Nanang di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 6 April 2017.

Baca: Trading Online Diluncurkan, 3 Obligasi Dipasarkan

Dari sisi mikro, Nanang menuturkan, ETP akan meningkatkan likuiditas pasar, mengurangi asimetri informasi karena terdapat transparansi dalam pembentukan harga, serta meningkatkan transaksi oleh investor korporasi. "Di pihak lain, ETP akan dapat meningkatkan pengawasan transaksi pasar sekunder surat utang."

Baca: BI: Indonesia Bukan Negara yang Rugikan Perdagangan AS

Menurut Nanang, belum banyak negara yang mengimplementasikan ETP. Namun, di Korea Selatan, ETP terbukti berhasil meningkatkan likuiditas pasar. "BI mendukung pembukaan alternatif platform perdagangan dalam rangka meningkatkan diversifikasi investor serta transparansi perdagangan di pasar sekunder," katanya.

Nanang berharap, pengembangan ETP memperhatikan kebutuhan pasar surat utang. Dengan begitu, implementasi ETP tidak kontraproduktif dengan upaya peningkatan efisiensi transaksi obligasi. "BI berharap dapat tercipta sinergi antar otoritas untuk mendorong integrasi infrastruktur pasar keuangan," ujarnya.

Pemerintah resmi meluncurkan electronic trading partner (ETP), Kamis, 6 April 2017, di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Pada tahap awal, hanya Obligasi Negara Ritel atau ORI yang dapat diperdagangkan melalui ETP, yakni ORI011, ORI012, dan ORI013. Volume ketiga surat utang tersebut mencapai Rp 68,3 triliun.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

4 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

5 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

7 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya