Target Perluasan Perdagangan, Gula Rafinasi Disiapkan Masuk Pasar

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Kamis, 30 Maret 2017 23:00 WIB

Pekerja memindahkan karung gula kristal putih dari kapal berbendera Thailand MV Chailan, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (26/1). Perum Bulog menargetkan kontrak impor gula akan sampai di Indonesia paling lambat Februari 2010. TEMPO/Dinul Mubarok

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kementerian Perdagangan akan menambah produk baru gula kristal rafinasi untuk diperdagangkan di dalam industri perdagangan berjangka komoditas (PBK).


Produk baru gula Kristal rafinasi (GKR) ditargetkan siap menjadi produk perdagangan berjangka komoditas (PBK) pada awal 2018 atau 6 bulan setelah pelaksanaan pasar lelang pasar komoditas GKR pada Juni 2017.


Kepala Bappebti Bachrul Chairi mengatakan, GKR memiliki peluang untuk menjadi produk baru yang ditransaksikan dalam PBK. Dalam setahun, jumlah kebutuhan gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman domestik sekitar 2,5 juta ton. Diperkirakan volume GKR yang masuk dalam pasar lelang komoditas nanti mencapai 50 persen dari jumlah tersebut.


Dia menambahkan, salah satu tujuan memasukkan GKR ke dalam PBK di bursa berjangka ialah untuk memberikan harga yang adil kepada setiap kelas usaha/industri. Selama ini, ketimpangan harga gula antara industri besar dan kecil terlalu jauh, sehingga kurang bisa bersaing secara sehat.


“Kalau dibursakan secara transparan, semua perhitungan suplai dan permintaannya jelas. Perbedaan harga ada, tetapi itu akan lebih logis karena perbedaan volume pembelian, dibandingkan yang irasional karena permainan,” ujar Bachrul kepada Bisnis, Rabu, 29 Maret 2017.


Advertising
Advertising

Bachrul menambahkan, proses pembentukan produk baru ini diawali dengan penyelenggaraan pasar lelang komoditas untuk mendapatkan harga referensi, serta jumlah suplai dan permintaan.


Kementerian Perdagangan sudah menetapkan GKR yang diproses dari gula mentah impor hanya dapat diperdagangkan melalui mekanisme pasar lelang komoditas. Tujuannya ialah memotong mata rantai pemasaran dan distribusi yang panjang.


Penetapan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 16/M-DAG/PER/3/2017 yang diundangkan pada 17 Maret 2017. Dalam pelaksanaan lelang, Mendag akan mengatur harga batas bawah dan atas penjualan GKR secara berkala.


Ada dua syarat untuk perusahaan penyelenggara pasar lelang, yakni memiliki izin melakukan lelang dan bisa bekerja sama dengan bursa berjangka serta lembaga kliring.


“Proses diperkirakan 2 bulan lagi. Kami baru minggu lalu pengumuman, perusahaan lelang yang memenuhi persyaratan silakan ikut. Nanti dari sana kami adakan beauty contest-nya,” tuturnya.


Menurut Bachrul, jika pasar lelang komoditas GKR sudah mencapai 6 bulan, pemangku kepentingan sudah memiliki data yang cukup untuk mempersiapkan gula rafinasi sebagai produk baru dalam transaksi multilateral. Artinya, GKR diperkirakan siap menjadi produk PBK pada 2018.


Nantinya, komoditas GKR dibagi dalam tiga produk multilateral yang disesuaikan dengan kelas industri. Satuan kontrak 1 lot sebesar 1 ton untuk industri kecil dan menengah (IKM), 1 lot sejumlah 5 ton untuk kelas usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), dan 1 lot sebanyak 25 ton bagi industri besar.


Bila sudah menjadi produk PBK, produsen dan konsumen gula rafinasi sama-sama mendapatkan keuntungan karena tahu berapa volume persediaan, jumlah kebutuhan pasar, dan kapan komoditas tersebut dibutuhkan. Hal tersebut tentunya mengurangi biaya transportasi, perawatan stok, dan penyusutan kualitas.


“Dengan sistem yang transparan ini, kami mengarahkan kepada para industri mamin untuk just in time, ngapain lagi stok-stok untuk 1-2 bulan, karena ada biaya carrying, biaya bunganya, biaya perawatannya, penyusutannya. Itu efisien jadinya. Karena pemerintah jamin, itu akan transparan,” paparnya.


Menurut dia, penyelenggara bursa berjangka di Tanah Air sudah menyambut baik rencana tersebut. Saat ini, industri PBK memiliki dua bursa berjangka, yakni Jakarta Future Exchange (JFX) dan Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX).


Namun, Bappebti belum memutuskan bursa berjangka mana yang akan memperdagangkan produk baru komoditas GKR tersebut.


“Hal yang terpenting ialah pasar memiliki referensi harga gula rafinasi secara jelas,” ujarnya.


Ditangkap Pasar


Menanggapi rencana Bappebti, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim berpendapat, pelaku pasar akan bereaksi menangkap produk tersebut apabila bursa berjangka merilis komoditas GKR sebagai produk multilateral baru.


Pelaku pasar, ujarnya, akan melihat produk tersebut sebagai pilihan investasi baru serta sarana lindung nilai di tengah fluktuasi yang kerap terjadi pada harga gula.


Ibrahim menambahkan, Indonesia merupakan salah satu importer terbesar komoditas gula global. Di sisi lain, tingkat produksi gula di perkebunan dalam negeri terus berkurang, terutama di wilayah Jawa Barat.


Faktor tersebut semakin mendorong adanya ketimpangan harga, sehingga diperlukan pasar lelang komoditas yang bermuara kepada produk multilateral untuk membentuk harga yang stabil.


“Fungsi utama gula di kontrak multilateral nantinya sebagai hedging. Pelaku pasar juga mendapatkan produk tambahan sebagai pilihan investasi,” ujarnya.


Sebetulnya, rencana memasukkan GKR sebagai produk multilateral sudah berhembus sejak lama. Namun kini dengan adanya tahapan awal melalui pasar lelang komoditas, rencana ini semakin nyata untuk terwujud.


“Setiap produk multilateral memang melalui tahapan pasar lelang dulu, agar harga terbentuk di sana dan mengetes selera pasar dalam menyerapnya,” ucapnya.


Menurut Ibrahim, Bappebti perlu melakukan sosialisasi kepada bursa berjangka, asosiasi pialang, dan perusahaan – perusahaan pialang perihal adanya produk PBK baru. “Diharapkan keberadaan GKR dapat diterima oleh pasar seperti produk komoditas pekebunan lainnya, seperti olein.”


TAMBAHAN


Direktur Utama Jakarta Futures Exchange (JFX) Stephanus Paulus Lumintang menyambut baik rencana penggodokan GKR sebagai produk multilateral baru.


Menurut dia, nantinya pelaku pasar bisa melakukan hedging dua sisi, yakni dari sisi mata uang dolar AS dan dari harga komoditas tersebut, karena bahan baku gula masih mengandalkan sektor impor.


“Kami menyambut baik rencana tersebut dan siap menggodoknya bersama pemangku kepentingan industri PBK, ” ujarnya.


Dalam pasar lelang komoditas yang diselenggarakan pada Juni, para pemangku kepentingan dapat melihat bagaimana pergerakan harga GKR. Bila fluktuasi tidak terlalu dalam, ada kemungkinan pelaku pasar enggan melakukan hedging. Namun demikian, GKR tentunya dapat menjadi salah satu instrumen pilihan dalam berinvestasi.



BISNIS.COM

Berita terkait

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

13 jam lalu

Didesain sebagai Kota Cerdas, IKN Bakal Hadirkan Smart Transportation and Mobility

OIKN bakal mengembangkan sistem transportasi cerdas di IKN.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

1 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

1 hari lalu

Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 ke Level 1.326.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini naik Rp 7.000 ke level Rp 1.326.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

2 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Ajek di Level Rp 1.319.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini sama dengan perdagangan hari kemarin, yakni Rp 1.319.000 per gram.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

4 hari lalu

Kemenkeu Antisipasi Dampak Penguatan Dolar terhadap Neraca Perdagangan

Kementerian Keuangan antisipasi dampak penguatan dolar terhadap neraca perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

5 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Harga Emas Antam Hari Ini Merosot Rp 18 Ribu, Kini di Level Rp 1.325.000 per Gram

5 hari lalu

Harga Emas Antam Hari Ini Merosot Rp 18 Ribu, Kini di Level Rp 1.325.000 per Gram

Harga emas Antam hari ini, Selasa, 23 April 2024 merosot turun hingga Rp 18 ribu dari harga di perdagangan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

6 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

6 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya