Suku Bunga Turun, Kredit Tumbuh 8,3 Persen pada Januari 2017

Reporter

Kamis, 16 Maret 2017 20:49 WIB

Gedung Bank Indonesia. REUTERS/Iqro Rinaldi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan kondisi sistem keuangan Indonesia saat ini cukup stabil. Hal ini didukung oleh ketahanan industri perbankan dan stabilitas pasar keuangan.

Pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial BI berhasil menurunkan suku bunga deposito dan suku bunga kredit. "Suku bunga deposito turun 128 basis poin dan suku bunga kredit turun 80 basis poin," kata Tirta dalam konferensi persnya usai Rapat Dewan Gubernur BI di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Maret 2017.

Berdasarkan jenisnya, suku bunga kredit modal kerja mengalami penurunan terbesar, yakni 112 basis poin. Adapun suku bunga kredit investasi turun 95 basis poin dan suku bunga kredit konsumsi turun 30 basis poin. "Pertumbuhan kredit Januari 2017 tercatat sebesar 8,3 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,9 persen," ujar Tirta.

Menurut Tirta, pertumbuhan kredit masih terbatas karena terus berlanjutnya konsolidasi yang dilakukan korporasi dan masih terbatasnya permintaan kredit. "Di sisi lain, pertumbuhan dana pihak ketiga pada Januari 2017 tercatat sebesar 10 persen. Sementara itu, pembiyaan ekonomi melalui pasar modal terus meningkat," tuturnya.

Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan BI, Tirta mengatakan, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga sepanjang 2017 akan lebih baik. Pertumbuhan kredit ditargetkan tumbuh sekitar 10-12 persen. Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga 9-11 persen.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, pertumbuhan kredit akan terus meningkat seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-IV. "Kami optimis. Di bulan apa kenaikannya, kami tidak bisa sampaikan. Namun, masih di range 10-12 persen," katanya.

Dody berharap, konsolidasi korporasi akan segera rampung sehingga perbankan tak lagi enggan untuk melakukan ekpansi kredit dengan lebih agresif. "Konsolidasi juga menyebabkan penurunan suku bunga kredit terhambat karena perbankan masih menanggung biaya non performing loan (NPL) dan biaya lain-lain," tuturnya.

Di sisi lain, Dody menambahkan, pembiayaan untuk perekonomian melalui pasar modal meningkat, baik melalui penerbitan saham (IPO dan right issue), obligasi korporasi, maupun medium term notes (MTN). "Itu menunjukkan beralihnya korporasi ke pasar non perbankan. Jadi tidak hanya bank loan saja tapi juga financing non perbankan."

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

14 menit lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

13 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya