TEMPO.CO, Palembang - Bubur kertas atau pulp produski PT OKI Pulp and Paper Mills, Sumatera Selatan secara resmi memasuki pasar Cina dan Taiwan, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. Pada tahap awal ini, pulp sebanyak 3.000 ton per hari itu, diangkut menggunakan kapal tongkang menuju selat Bangka, untuk kemudian dibawa dengan kapal dengan kapasitas lebih besar ke berbagai pasar tujuan.
Direktur OKI Pulp and Paper Mills Gadang Harto Hartawan menjelaskan, pihaknya terpaksa menggunakan kapal lebih kecil karena dermaga perusahaan masih dalam tahap perizinan. Namun, ia menjamin dalam waktu dekat ini seluruh produk utama dan turunannya berupa tisu sudah bisa langsung dikapalkan dari area yang tak jauh dari pabrik di Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
“Dari sini ada yang langsung ke Cina dan sebagian ke Jawa,” katanya, Senin, 13 Maret 2017.
Baca:
PT OKI Pulp & Paper Sasar Pasar Cina
Indonesia Berpeluang Kembangkan Industri Pulp dan Kertas
Semenjak beroperasi pada awal Januari lalu, OKI Pulp and Paper Mills berhasil memproduksi bubur kertas atau pulp sebanyak 3000 ton sehari. Angka tersebut akan ditingkatkan menjadi 7000 ton setiap hari mulai Mei mendatang.
Di tahun pertama ini, perseroan menargetkan mampu menghasilkan 1,5 juta ton pulp. Rencanannya tahun depan perusahaan akan beroperasi secara penuh dengan memproduksi 2 juta ton pulp dan 500 ribu ton tisu.
Pulp dari OKI dipasarkan ke pabrikan di Surabaya, Serang, dan Karawang. Sementara bahan baku utamanya berupa Akasia didapat dari mitra bisnis disekitar lokasi pabrik.
Gadang berharap kemarau tahun ini yang diprediksi bakal lebih panjang dibanding 2015 tidak berdampak buruk bagi perusahaan mitranya. Ia khawatir target tidak dapat tercapai sebagai akibat kekurangan bahan baku bila banyak Akasia terbakar.
Simak:
Jasa Marga Gelar Operasi Tertib Muatan di Jalan Tol Purbalenyi
Adhi Karya Bidik Pendapatan Rp 3 Triliun dari Proyek Properti
Sementara itu, Sujica Lusaka, Manager Fire Management APP Sinar Mas selaku mitra pemasok bahan baku optimistis tahun ini perusahaannya dapat menjaga lahan tetap utuh tanpa ada yang mengalami kebakaran sehebat pada 2015. Menurut dia, kebakaran akan berdampak buruk bagi tingkat produktifitas pabrik serta akan terjadi pembengkakan pengeluaran perusahaan.
Sujika menjelaskan sistem strategi Integrated Fire Manajement (IFM) terbukti ampuh mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan pada daerah tersulit sekali pun. "Karena adanya keikutsertaan masyarakat di sekitar wilayah konsesi."
Sujica menambahkan, aspek pencegahan hanyalah salah satu bagian dari empat pilar utama yang menjadi landasan IFM yaitu: pencegahan, persiapan, deteksi dini, dan respon cepat. “Kami ajak warga dengan pelatihan dan pemodalan UKM,” katanya.
PARLIZA HENDRAWAN