Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad, mendengarkan penjelasan dari Dirut Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (kiri) dan Dirut Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro (dua dari kiri) saat mengunjungi booth Mandiri di arena Indonesia Fintech Festival & Conference 2016 di Indonesia Convention Exhibition, BSD City Serpong, Tangerang Selatan, Banten, 30 Agustus 2016. Tempo/ Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - PT Mandiri Capital Indonesia (MCI), perusahaan modal ventura unit usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), memimpin konsorsium pendanaan untuk Amartha, bisnis rintisan (startup) dalam bidang jasa keuangan berbasis teknologi informasi (financial technology/fintech) dalam bidang peer to peer (P2P) lending. Pendanaan dilakukan bersama Lynx Asia Partners, Beenext, dan Midplaza Holding. P2P lending adalah pinjaman dari pengguna ke pengguna.
Direktur Utama Mandiri Capita, Eddi Danusaputro, mengatakan model bisnis Amartha menjadi alasan mengucurkan dana. Pasalnya, Amartha menyediakan fasilitas pinjaman kepada pengusaha mikro yang unbanked di Indonesia. Menurut Bank Indonesia, masyarakat unbanked adalah mereka yang tidak atau belum pernah memanfaatkan fasilitas layanan perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.
"Amartha mendukung visi Bank Mandiri untuk meningkatkan inklusi keuangan ke seluruh tanah air," kata Eddi dalam konferensi pers di Pasar Santa, Jakarta, Selasa, 7 Maret 2017.
Eddi mengatakan Mandiri Capital juga menyasar UMKM karena jenis usaha tersebut baru berjumlah sekitar 60 juta. Menurut dia, sebagian besar di antaranya masih unbanked.
Eddi tidak menyebutkan jumlah dana yang disuntikkan kepada Amartha karena investor dan penerima dana sepakat tidak mengumumkannya. Namun ia mengatakan perusahaan startup yang melakukan series A funding lazimnya menghimpun US$ 2-5 juta (Rp 26,6 miliar – Rp 66,6 miliar).
CEO dan Pendiri Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, mengatakan suntikan dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan produk. "Kami akan memperluas jangkauan ke seluruh Jawa," kata dia.
Taufan mengatakan Amartha baru berfokus di Jawa Barat dan Banten. Tercatat sebanyak Rp 68 miliar dana telah disalurkan kepada 30 ribu pengusaha mikro perempuan di sana. Amartha berhasil mempertahankan tingkat gagal bayar di 0 persen selama tujuh tahun berturut-turut.
Amartha juga akan menambah jumlah jaringan di daerah. Selama ini, pendanaan dilakukan melalui agen. Untuk menjangkau wilayah yang lebih luas, Amartha membutuhkan lebih banyak agen. Taufan mengatakan saat ini terdapat sekitar 150 agen dan menargetkan penambahan hingga tiga kali lipat.
Target Taufan lainnya adalah mengembangkan platform credit scoring dengan menggunakan data dari Bank Mandiri. Platform tersebut digunakan untuk mempelajari karakter kredit macet. Dengan database Mandiri, Amartha bisa memetakan resiko dan menyusun mitigasi kredit macet.
"Kami juga sedang berupaya agar bisa meleverage infrastruktur Mandiri supaya masyarakat yang unbanked bisa banked tanpa perlu ke bank," kata dia.
Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia
3 hari lalu
Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia
Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.
Bank Mandiri Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri (JLM)
9 hari lalu
Bank Mandiri Umumkan Tim Proliga 2024 Putri, Jakarta Livin' Mandiri (JLM)
Menjelang kompetisi voli terbesar di Indonesia, Proliga 2024, Bank Mandiri secara resmi mengumumkan tim voli putri profesional dengan nama Jakarta Livin' Mandiri (JLM).