Cina Pangkas Target Pertumbuhan Ekonomi ke Angka 6,5 Persen

Reporter

Senin, 6 Maret 2017 16:12 WIB

Para pencari kerja antre di bursa kerja yang berlangsung di Shanghai, Cina (7/2). Pemerintah Cina menyatakan pertumbuhan ekonomi kwartal terakhir 2008 adalah 6,8 persen. Foto: AP

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina sepakat memagkas target pertumbuhan ekonomi dan menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 6,5 persen. Angka ini memang lebih rendah dari target tahun sebelumnya sebesar 6,5-7 persen dengan alasan stabilitas ekonomi.

Perdana Menteri Cina, Li Keqiang, mengatakan, tahun ini target pertumbuhan sebesar 6,5 persen yang dianggap realistis. Pemerintah akan berupaya mendinginkan pasar perumahan, memperlambat kredit baru serta bergantung pada konsumsi domestik dan investasi swasta untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. “Perkembangan baik dari dalam maupun luar Cina mengharuskan kami untuk siap menghadapi situasi yang lebih rumit dan lebih parah,” kata Keqiang, Senin, 6 Maret 2017.

Keqiang menyebutkan pertumbuhan dunia saat ini masih lesu dan berbanding terbalik dengan deglobalisasi dan proteksionisme yang semakin kuat. Huang Shouhong, Direktur Kantor Penelitian Dewan Negara mengatakan bahwa target pertumbuhan sekitar 6,5 persen dirasa tepat dan sudah cukup untuk melindungi lapangan kerja.

Pada 2016, Pemerintah Cina telah menambah lapangan pekerjaan baru sebanyak 13,14 juta pekerjaan di perkotaan atau setara dengan jumlah lulusan perguruan tinggi yang sedang mencari pekerjaan atau memulai usaha. “Asalkan tidak ada masalah dalam pekerjaan, pertumbuhan sedikit lebih tinggi atau lebih rendah dapat diterima,”kata Shouhong.

Sementara itu, Michael Tien, pendiri pengecer Busana G2000, mengaku terkejut dengan angka target pertumbuhan 6,5 persen karena dinilai sangat tinggi. "Dalam beberapa tahun terakhir. jumlah berapa pun yang mereka berikan akan selalu terpenuhi dan selalu melebihi sedikit. Jadi dengan perekonomian ini, 6,5 (persen) sangat membingungkan,” ujarnya.

Adapun para ekonom mengatakan, jika langkah tersebut merupakan tindakan untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan menjaga likuiditas sembari mengupayakan reformasi dan pengendalian keuangan. Pada 2017, pemerintah memangkas target peredaran uang sekitar 12 persen dari 13 persen di 2016. Sedangkan target defisit anggaran tetap pada angka 3 persen dari Produk Domestik Bruto.

Pemerintah Cina akan terus menerapkan kebijakan fiskal proaktif dan menambahkan jika pemerintah kan memototong beban pajak perusahaan sekitar 350 miliar yuan atau setara dengan US$ 51 miliar. Pemerintah juga akan mempertahankan kebijakan moneter yang prudent dan netral.

Seperti yang diketahui, sejak Februari lalu bank sentral secara bertahap juga telah menaikkan suku bunga pada beberapa fasilitas pinjaman. Kendati, Jia Kang, mantan direktur di Institut Departemen Keuangan Sains Fiskal, mengatakan dirinya tak ingin PBOC untuk menaikkan kebijakan suku bunga, setidaknya dalam waktu dekat. “Tampaknya tidak mungkin, karena stabilitas yang lebih dulu dalam jangka pendek,” kata Jia.

BISNIS.COM

Berita terkait

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

8 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

13 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

14 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

2 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

2 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya