TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, pembagian keuntungan atau share dari kilang Bontang akan dimiliki mitra Pertamina secara mayoritas. Namun, tetap ada opsi pemindahan ke Pertamina dalam klausul kontrak nanti.

"Jadi semacam membeli lebih awal, istilahnya rights to buy, setelah 10-20 tahun dalam suatu diskusi dengan partner," kata Rachmad saat ditemui di kantor pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat 24 Februari 2017.

Rachmad menuturkan soal detail klausul akan dibicarakan kemudian. Dia mengungkapkan kisaran besaran share antara Pertamina dengan mitra strategis nanti adalah 5-25 persen. "Iya, partner nanti akan jadi mayoritas."

Baca: Bahan Baku Kantong Plastik Akan Diganti dengan Singkong

Rachmad menjelaskan hal ini terjadi karena proyek Pertamina saat ini banyak sekali, dan dilaksanakan pada saat yang hampir bersamaan, sehingga dana dari Pertamina harus dibagi-bagi ke proyek-proyek tersebut. "Jadi bukan kemampuannya 25 persen ya, tapi sisanya (dana) hanya segitu."

Pertamina akan melakukan project expose dari proyek kilang Bontang pada 28 Februari mendatang. SVP Business Development PT Pertamina Iriawan Yulianto mengungkapkan kalau sudah ada peminat, yang ingin datang ke project expose nanti.

Menurut Iriawan, sudah ada tujuh perusahaan minyak dunia yang siap datang dan juga ada 50 perusahaan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Penetapan mitra strategis untuk kilang Bontang direncanakan terjadi pada April nanti.

Baca: Pertamina dan Telkom Join Produk Indihome-Enduro

Kilang Bontang ditargetkan selesai pembangunan pada September 2023. Tahapan setelah penetapan mitra di April adalah preliminary investment decision tahap pertama, yang direncanakan terjadi kuartal I 2018.

Kilang Bontang akan menempati lahan sebesar 460 hektare yang dimiliki negara, dan akan dimanfaatkan dengan mekanisme sewa. Di sana juga telah tersedia fasilitas penunjang operasi milik LNG Badak, yang dapat digunakan seperti uap, pembangkit, infrastruktur air, dan konstruksi jetty.

DIKO OKTARA