Menko bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan (kanan) menyampaikan kebijakan Indonesia bersama Menteri Kelautan Portugal Ana Paula Vitorino (kedua kanan), Komisioner Uni Eropa urusan Lingkungan, Kemaritiman dan Perikanan Karmenu Vella (kedua kiri), Menteri Lingkungan dan Kehutanan Bangladesh Anwar Hossain Manju (kiri) dalam Konferensi Kelautan Dunia 2017 di Nusa Dua, Bali, 23 Februari 2017. ANTARA/Nyoman Budhiana
TEMPO.CO, Nusa Dua - Menteri Koordinator Bidang Maritim, Luhut Binsar Pandjaitan, telah meminta Bank Dunia dan Universitas Udayana, Bali, untuk melakukan studi komprehensif mengenai reklamasi Tanjung Benoa. Selain itu, kajian juga dilakukan untuk proyek jalan lingkar bali dan terminal kapal pesiar.
"World Bank sudah mulai membuat TOR-nya. Data-data sudah mulai diambil. Universitas Udayana juga saya ikutkan supaya independen," kata Luhut di sela-sela World Ocean Summit 2017 di Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis, 23 Februari 2017.
Luhut memperkirakan, dalam beberapa waktu ke depan, Bank Dunia dan Universitas Udayana sudah menyelesaikan kajian awal (preliminary report) mengenai proyek reklamasi Teluk Benoa dan menyerahkannya kepada pemerintah. "Saya kira bulan depan sudah mulai kelihatan," ujar Luhut.
Menurut Luhut, proyek tersebut diperlukan karena saat ini terminal untuk kapal pesiar disatukan dengan kapal feri. "Yang rugi kan Bali. Belum lagi sampah plastik di pantai. Kita tidak boleh buruk sangka. Kita sama-sama kerja, apa yang membuat Bali ini supaya tetap menarik," katanya.
Proyek reklamasi Teluk Benoa mendapatkan penolakan dari masyarakat Bali. Hingga kini, menurut Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI), I Wayan Suardana, terdapat 36 desa adat di Bali yang secara tegas menyatakan menolak reklamasi tersebut.
Suardana juga mengatakan, jika Gubernur Bali Made Mangku Pastika benar-benar peduli terhadap aspirasi rakyat Bali, seharusnya ia sudah menghentikan rencana reklamasi proyek yang dibangun oleh PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI), jaringan bisnis milik taipan Tomy Winata.