Indef Sebut Indonesia Alami Deindustrialisasi Dini  

Reporter

Editor

Abdul Malik

Kamis, 9 Februari 2017 17:32 WIB

Diskusi Solusi Ekonomi digelar INDEF di Veteran Resto, Jakarta, 30 Mei 2016. TEMPO/Lucky Ramadhan

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai Indonesia saat ini tengah mengalami deindustrialisasi yang terlalu dini. Sebaliknya, sektor jasa yang mengalami pertumbuhan dipandang hanya mendukung industri luar negeri.

"Peranan industri Indonesia sudah mencapai titik nadir, bahkan paling rendah selama dua dekade terakhir," kata peneliti Indef, Ahmad Heri Firdaus, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 9 Februari 2017.

Baca: Pemerintah Ambil Alih Pengelolaan Migas dari Chevron

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perdagangan menyatakan tren ekspor sektor industri tumbuh negatif sebesar 2,59 persen pada 2016 dibanding 2015. Sejalan dengan itu, impor bahan baku dan penolong serta barang modal ikut seret, masing-masing turun 8,6 persen dan 11,8 persen pada periode yang sama.

Dari catatan Indef, ekonomi Indonesia saat ini didominasi sektor nontradable, seperti jasa, hingga 59 persen. Sedangkan sektor tradable, seperti industri pengolahan, pertanian, pertambangan, dan penggalian, hanya menyumbang 41 persen terhadap produk domestik bruto.

Pertumbuhan sektor jasa, menurut Heri, adalah hal wajar, tapi diharapkan mampu mendukung industri manufaktur dalam negeri. "Kenyataannya, sebagian besar subsektor industri manufaktur (besar dan sedang) justru mengalami penurunan pertumbuhan produksi pada kuartal keempat 2016 secara tahunan," ucapnya.

Baca: Pemerintah Hentikan Sementara Impor Daging Kerbau Asal India

Konsumsi rumah tangga pada 2016 meningkat dari tahun sebelumnya, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 5,02 persen pada periode tersebut. "Namun hal tersebut diikuti impor barang konsumsi yang juga ikut meningkat 13,75 persen pada 2016 dari 2015."

Sektor jasa yang tumbuh, seperti transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, ujar Heri, ternyata lebih banyak untuk mendukung industri manufaktur luar negeri ketimbang industri dalam negeri. "Situasi inilah yang membuat deindustrialisasi terjadi terlalu dini atau dominasi sektor jasa tumbuh terlalu cepat," tutur Heri.

Heri mengatakan deindustrialisasi dini tersebut terjadi karena pemerintah belum mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk proses penciptaan nilai tambah dan perluasan lapangan kerja yang optimal.

FAJAR PEBRIANTO




Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

11 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

42 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

42 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

43 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

43 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

43 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

56 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

57 hari lalu

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

57 hari lalu

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya