BI: Likuiditas Perbankan Awal Tahun Cenderung Longgar

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 6 Februari 2017 22:00 WIB

Warga menunjukan mata uang rupiah yang baru di luncurkan oleh Presiden Joko Widodo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, 19 Desember 2016. Untuk pecahan kertas, mulai dari Rp 100.000 (gambar utama Ir Soekarno dan Moh. Hatta), Rp 50.000 (gambar utama Ir. H. Djuanda Kartawidjaya). TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memandang kondisi likuiditas perbankan di awal tahun ini cenderung longgar, mengingat rendahnya penawaran oleh bank terhadap bunga instrumen operasi pasar terbuka BI yang biasanya digunakan untuk menutupi kekurangan likuiditas dari pasar finansial.

Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter BI Dody Zulverdi di Jakarta, Senin, 6 Februari 2017, mengatakan sejak pemberlakuan skema lelang (variable rate tender/VRT) per 1 Februari 2017 untuk bunga operasi pasar terbuka, rata-rata tertimbang dari hasil lelang menunjukkan bunga instrumen BI dengan level rendah.

Misalnya, untuk instrumen repo Surat Utang Negara bertenor dua pekan, rata-rata tertimbang bunga instrumen tersebut turun menjadi 4,92 persen dari 4,95 persen. "Makanya dengan hasil lelang ini, kita bisa tahu cerminan likuiditas perbankan," ujar dia.

Penawaran bunga yang rendah untuk instrumen operasi pasar terbuka menunjukkan perbankan tidak terlalu "jor-joran" dalam mencari pendanaan di pasar. Hal itu, ujar Dody, mencerminkan perbankan memiliki pendanaan atau likuiditas yang memadai.

Menurut data BI per Senin (6 Februari 2017), bunga instrumen pasar terbuka yang menggunakan skema lelang yakni tenor dua pekan sebesar 4,92 persen, satu bulan 5,17 persen, tiga bulan sebesar 5,57 persen, enam bulan sebesar 5,77 persen, sembilan bulan sebesar 5,9 persen dan 12 bulan sebesar 6 persen

Sedangkan untuk bunga instrumen dengan skema yang ditetapkan BI (fixed rate tender), yakni tenor satu malam memiliki bunga empat persen, tujuh hari sebesar 4,75 persen.

Dody enggan memperkirakan berapa lama tren penawaran bunga rendah akan berlangsung. Kondisi penawaran dalam lelang akan sangat mencerminkan kondisi likuiditas bank.

"Maka jangan heran kalau pekan depan, bunganya tiba-tiba naik," ujar Dody.

Saat kebutuhan likuiditas perbankan meningkat, BI akan meningkatkan kewaspadaan agar suku bunga instrumen pasar terbuka tidak bergerak terlalu tinggi. Dody mengatakan BI ingin suku bunga instrumen pasar tetap mencerminkan kebijakan moneter BI.

Maka dari itu, BI akan tetap mengintervensi agar pergerakan suku bunga instrumen operasi pasar terbuka tidak bergerak jauh secara fluktuatif. Cara intervensi BI adalah dengan menyesuaikan jumlah yang akan digelontorkan maupun yang diserap dalam operasi pasar.

"Misalnya bunga instrumen yang ditawarkan bank sebagai peserta lelang terlalu tinggi, BI akan menurunkan jumlah dana di pasar yang akan diserap. Sebaliknya jika bunganya terlalu rendah, maka kami bisa meningkatkan jumlah penyerapannya," ujar dia.

Berdasarkan kajian pengelolaan moneter BI, kata Dody, rentang pergerakan suku bunga instrumen operasi pasar yang masih ditolerir yakni 5-25 basis poin.

ANTARA

Berita terkait

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

3 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

3 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

12 hari lalu

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

Bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank umum merupakan dua entitas keuangan yang memberikan layanan perbankan. Apa perbedan keduanya?

Baca Selengkapnya

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

12 hari lalu

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

Dalam empat bulan di 2024 ada 10 bank perkreditan rakyat (BPR) yang bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

15 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

23 hari lalu

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

Bank Indonesia (BI) mencatat total penukaran uang baru mencapai Rp 1,13 triliun per 3 April 2024 atau H-7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

26 hari lalu

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

Selama periode libur Hari Raya Idul Fitri, Bank BJB tetap membuka beberapa jaringan kantor melalui kegiatan operasional terbatas dan layanan weekend banking.

Baca Selengkapnya

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

28 hari lalu

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

Ruas jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Tol Bocimi mengalami longsor, diduga karena intensitas hujan deras pada Rabu malam

Baca Selengkapnya

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

28 hari lalu

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

BCA mengumumkan penyesuaian jadwal operasional kantor cabang selama periode libur Idul Fitri 2024 berdasarkan hari libur yang ditetapkan pemerintah.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

30 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

Bank Mandiri menyatakan bahwa kondisi para debiturnya yang terdampak Covid-19 telah kembali normal.

Baca Selengkapnya