Pialang saham F. Hill Creekmore, saat melihat pergerakan pasar saham di monitor di Bursa Efek New York, 24 Agustus 2015. Bursa saham Wall Street di New York anjlok selama lima hari berturut-turut menyusul turunnya pasar saham di Eropa dan Asia. AP/Richard Drew
TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 31 Januari 2017 waktu New York , di tengah kekhawatiran investor mengenai prioritas kebijakan pemerintahan Donald Trump. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 107,04 poin atau 0,54 persen ke 19.864, sedangkan indeks S&P 500 turun 2,03 poin atau 0,09 persen ke posisi 2.278.
Sektor teknologi dan finansial menjadi penekan utama indeks S&P 500, sedangkan sektor kesehatan yang menguat menahan pelemahan pada indeks. Beberapa investor khawatir bahwa fokus Trump tidak pada isu-isu yang memicu reli pasar setelah dia terpilih, seperti reformasi pajak dan stimulus fiskal.
"Jika Trump mulai melakukan hal-hal yang tidak populer, hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai rencana pajak yang dia janjikan," kata Art Hogan, kepala analis Wunderlich Securities, seperti dikutip Reuters.
Indeks S&P 500 membukukan penurunan keempat kali berturut-turut, yang merupakan reli terpanjang sejak sebelum pilpres November lalu. Meskipun begitu, seluruh indeks masih tercatat menguat sepanjang Januari lalu.
Sektor industri melemah paling tajam pada indeks S&P, tertekan oleh saham UPS yang turun 6,8 persen ke level US$109,13 per saham setelah membukukan kerugian kuartalan dan merilis laba yang meleset dari estimasi.
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
29 hari lalu
Saling Serang Calon Presiden AS: Joe Biden Ungkit Pemutih sebagai Obat, Donald Trump: Jika Tak Menang, Demokrasi Berakhir
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menyindir Donald Trump, yang akan menjadi pesaingnya lagi dalam pemilihan presiden AS yang akan datang pada bulan November.