BI: Kebijakan Ekonomi Trump Tak Banyak Berdampak ke Indonesia
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat tnr
Selasa, 31 Januari 2017 14:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump tak akan banyak berdampak ke Indonesia. Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menuturkan pihaknya terus mengamati perkembangan kebijakan fiskal dan perdagangan Amerika ke depan.
Baca: Saham-saham Perusahaan AS Anjlok Menjelang Pertemuan The Fed
"Jika benar fiskal akan lebih agresif dan ekspansif lalu perdagangan lebih proteksionis, maka itu adalah resep untuk penguatan dolar," ujar Juda, dalam Seminar Indonesia Economic Outlook, di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa, 31 Januari 2017.
Juda berujar kabar baik sebagai antisipasi hal itu adalah harga komoditas ekspor yang mulai melonjak signifikan sejak akhir tahun lalu. "Ini peluang, tapi apakah ini sustainable? Jadi masih banyak perdebatan," katanya.
Baca: Dolar AS Melemah Tertekan Data Ekonomi
Selanjutnya, dari sisi pertumbuhan ekonomi global, Juda memperkirakan akan lebih baik dari tahun lalu, yaitu meningkat dari 3,1 persen (yoy) ke 3,4 persen (yoy). Dari dalam negeri, kondisi sektor korporasi dan perbankan juga sudah mulai pulih.
"NPL sudah mencapai puncaknya kemarin, sehingga supply dan demand kredit harusnya lebih baik tahun ini."
Sektor investasi dan konsumsi juga diprediksi membaik seiring dengan meningkatnya harga komoditas. Dari sisi fiskal, tahun ini, kata Juda, adalah masa recovery atau pemulihan, setelah tahun lalu adalah masa konsolidasi. "Tahun ini fiskal lebih baik karena lebih realistis jadi tidak harus cut spending seperti kemarin."
Baca: BI Antisipasi Kenaikan Sementara Harga Komoditas Ekspor
Sedangkan terkait dengan rencana Bank Sentral Amerika menaikkan suku bunga acuan (Fed Funds Rate), Juda memperkirakan paling cepat baru akan terjadi pada Juni nanti.
Kenaikannya pun diperkirakan hanya terjadi dua kali tahun ini, dan masing-masing hanya sekitar 25 basis poin (bps). "Masih uncertainty, tapi, menurut kami, dua kali masih cukup memadai tahun ini dan," kata dia. BI pun telah mengantisipasi implikasi kebijakan itu pada nilai tukar. "Respons kebijakan kami masih memadai."
Terlebih, dari sisi konsumen, menurut Juda, Indonesia masih paling percaya diri dibandingkan konsumen lain di ASEAN. "Short term indicator penjualan mobil trennya masih naik, produsen juga terdorong dengan perbaikan harga," ujarnya.
Sehingga secara keseluruhan, Juda mengatakan Indonesia telah cukup siap mengantisipasi. "Kebijakan Trump less affected ke kita dibandingkan negara lain."
GHOIDA RAHMAH