TEMPO.CO, New York - Saham-saham Amerika Serikat berakhir lebih rendah pada perdagangan Senin sore, 30 Januari 2017 waktu New York (Selasa pagi WIB). Penurunan itu karena para pelaku pasar di bursa Wall Street menunggu hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), Bank Sentral AS (Federal Reserve) dalam dua hari, Selasa-Rabu waktu setempat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 122,65 poin atau 0,61 persen menjadi 19.971. Sementara itu, indeks S&P 500 merosot 13,79 poin atau 0,6 persen menjadi 2.280, dan indeks komposit Nasdaq berkurang 47,07 poin atau 0,83 persen menjadi 5.613.
Baca: Pembatasan Imigran Trump Pukul Bursa Saham Global
Pada pertemuan The Fed Desember lalu, bank sentral Amerika Serikat (AS) itu menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari sebelumnya 0,25-0,5 persen menjadi 05,075 persen. Peningkatan tersebut didorong ekspansi ekonomi, penguatan pasar tenaga kerja, dan peningkatan inflasi. The Fed memprediksi ekonomi AS tumbuh di atas 2 persen tahun ini. Sepanjang 2017, para analis memperkirakan The Fed bakal menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali atau sebesar 75 basis poin.
Meski begitu, sebagian besar analis percaya bahwa Fed tidak akan menaikkan suku pada pertemuan pertama tahun ini tersebut. Namun pelaku pasar tetapi mewaspadai hasil pertemuan The Fed untuk menjadi acuan lebih lanjut tentang waktu kenaikan suku bunga berikutnya.
Baca: IHSG Menguat 8,71 Poin
Departemen Perdagangan AS, mengumumkan bahwa angka pendapatan pribadi AS pada Desember 2016 meningkat US$ 50,2 miliar atau naik hanya 0,3 persen di bawah prediksi para analis. Pada Desember, pendapatan pribadi yang siap dibelanjakan (disposable personal income) meningkat US$ 43,6 miliar atau 0,3 persen dan pengeluaran konsumsi pribadi meningkat US$ 63,1 miliar atau 0,5 persen.
"Pembelian mobil terus meningkatkan konsumsi di bulan terakhir 2016, karena pengeluaran didorong oleh insentif abnormal para agen. Pola konsumsi November atau Desember memberikan sedikit kejelasan tentang momentum ke kuartal pertama 2017," kata Sophia Kearney-Lederman, seorang analis ekonomi dari FTN Financial.
ANTARA