TEMPO.CO, Jakarta - PT XL Axiata Tbk baru saja masuk dalam jajaran 45 saham terlikuid di Bursa Efek Indonesia, atau indeks LQ45. Emiten berkode saham EXCL itu masuk bersama dua emiten lainnya yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT PP Properti Tbk (PPRO).
Menyusul predikat baru tersebut, harga saham EXCL yang diperdagangkan di Bursa Efek dibuka menguat. Berdasarkan data RTI, harga saham EXCL pada Kamis pagi, 27 Januari 2017, menguat 70 poin atau melonjak 2,47 persen ke level Rp 2.900 per saham, dari penutupan perdagangan Rabu kemarin di harga Rp 2.830.
Hingga pukul 09.48, saham EXCL masih berada di zona hijau dan diperdagangkan dalam rentang harga Rp 2.840 - Rp 2.920 per saham, dengan volume saham yang ditransaksikan sebanyak 3,47 juta lembar, dengan nilai transaksi Rp 10,04 miliar.
Saat ini nilai kapitalisasi pasar saham perusahaan telekomunikasi itu mencapai Rp 31 triliun.
Analis Senior dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan kriteria untuk dapat masuk ke dalam indeks LQ45, pembobotan terbesar memang paling utama berasal dari sisi likuiditas.
"Mungkin kriteria pembobotan pertama yang menjadi acuan atau pertimbangan bursa untuk memasukkan saham ini," kata Reza saat dihubungi Tempo, Kamis, 26 Januari 2017.
Juru Bicara XL Axiata, Tri Wahyuningsih Harlianti, menambahkan pihaknya bersyukur tahun ini XL dapat kembali lagi masuk ke dalam daftar LQ45. "Karena ini menggambarkan meningkatnya ketertarikan investor terhadap likuiditas dari jumlah saham yg diperdagangkan dan prospek perusahaan ke depannya, sesuai dengan kriteria seleksi LQ45," tuturnya.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.