AS Tarik Diri dari TPP, Dolar Anjlok dan Rupiah Menguat

Reporter

Editor

Abdul Malik

Selasa, 24 Januari 2017 09:11 WIB

Warga menunjukan mata uang rupiah yang baru di luncurkan oleh Presiden Joko Widodo di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, 19 Desember 2016. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat dilaporkan semakin anjlok pasca Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memutuskan resmi menarik diri dari perjanjian perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP). “Mungkin ini pertanda bahwa Trump juga tidak menyukai dolar yang terlalu kuat,” ujar Analis dari Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 24 Januari 2017.

Rangga menuturkan setelah Trump berjanji akan memangkas pajak untuk mendongkrak performa inudstri manufaktor, imbal hasil (yield) US Treasury juga dilaporkan menurun. Namun, langkah Trump itu dinilai belum memengaruhi harapan kenaikan inflasi serta target suku bunga acuan Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed Fund Rate/FFR).

Baca : Penguatan Rupiah Diperkirakan Berlanjut Hari ini

”Rentetan indeks manufaktur dari berbagai negara akan diumumkan hari ini, bisa jadi pertanda prospek pertumbuhan yang juga akan memengaruhi langka lanjutan bank sentral masing-masing negara,” kata dia.

Sementara itu, rupiah dilaporkan terus menguat tajam sejak hari pertama perdagangan pasca pelantikan Trump, dan ditutup di level 13.372 per dolar AS, pada Senin kemarin.

Menurut Rangga, shock yang dikhawatirkan sebelumnya akan terjadi pada nilai tukar rupiah terbukti tidak terjadi. “Indeks dolar masih terus melemah hingga dini hari tadi, sehingga membuka ruang untuk rupiah melanjutkan penguatannya,” ujarnya.

Baca : Binaartha Sekuritas: IHSG Akan Bergerak di Level 5 268-5.285

Penguatan rupiah kata Rangga seiring dengan turunnya yield Surat Utang Negara (SUN), meskipun indeks harga saham gabungan (IHSG) masih diwarnai sentimen negatif. “Ini mungkin berkaitan dengan prospek pertumbuhan yang mulai melambat akibat belanja pemerintah yang terhambat minimnya pendapatan,” katanya.

Selanjutnya ditambah dengan dampak tidak langsung dari kebijakan dagang AS terhadap Cina, yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia.

GHOIDA RAHMAH

Berita terkait

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

5 jam lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

1 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

2 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

2 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

2 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

2 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

2 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

2 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

2 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

2 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya