TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Islamic Economic Forum for Indonesian Development (ISEFID) Ali Sakti memperkirakan perkembangan perbankan syariah akan semakin membaik tahun ini. Dia memprediksi portofolio pembiayaan berbasis bagi hasil (PLS) akan meningkat mendekati angka 40 persen. Selain itu, rasio kredit macetnya (NPF) akan semakin rendah, di bawah 4 persen.
“Ke depannya, perbankan syariah harus mau melakukan linkage dengan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) yang memiliki fleksibilitas dan local knowledge dalam memperkuat pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” kata Ali, dalam keterangan tertulis, Rabu, 18 Januari 2017.
Menurut Ali, perbankan syariah bisa memainkan peran yang lebih signifikan bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan sektor riil. Karena itu, perbankan syariah perlu menjaga momentum pertumbuhan dan pangsa pasar sepanjang 2017.
Untuk diketahui, sampai dengan akhir 2016, pertumbuhan perbankan syariah mencapai 19,67 persen. Sedangkan pangsa pasar perbankan syariah mencapai angka 5,12 persen, atau merupakan level tertinggi sepanjang keberadaan perbankan syariah di Indonesia.
“Keberhasilan perbankan syariah nasional dalam mencapai pangsa pasar 5,12 persen tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Aceh yang melakukan konversi secara menyeluruh pada September 2016,” ujar Ali.
Ali mengatakan saat ini masih terdapat BPD Nusa Tenggara Barat yang sedang berproses menjadi BPD Syariah dan beberapa BPD yang berpotensi melakukan konversi menjadi BPD Syariah. Potensi dana yang akan didapatkan dari konversi kedua BPD tersebut diperkirakan bisa mencapai Rp 9-10 triliun.
“Angka tersebut tentu akan semakin memperbesar pangsa pasar bank syariah secara nasional,” ucap Ali.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI, masuk ke jajaran Top 10 Global Islamic Bank dari sisi kapitalisasi pasar dengan harga saham emiten bersandi BRIS yang melesat sehingga mendorong market capitalization atau market cap perseroan menembus Rp131,47 triliun.