Kominfo Buka Blokir, Ini Yang Akan Dilakukan Bigo Live
Editor
Setiawan Adiwijaya
Senin, 16 Januari 2017 21:02 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika akhirnya membuka blokir penyedia platform live streaming online, Bigo Live. Sebelumnya Kementerian Kominfo sempat memblokir Bigo Live karena dinilai menampilkan konten-konten yang tak layak untuk konsumsi media sosial.
Country Manager Bigo Live, Steven Zhang mengapresiasi keputusan Kementerian Kominfo yang membuka blokir layanan tersebut secara penuh. "Bigo Live sudah mulai bisa diakses kembali dan siap memberikan kontribusi positif terhadap industri digital di Indonesia," ucapnya dalam keterangan tertulis, Senin 14 Januari 2017.
Baca Juga: Tak Cuma Blokir, Kementerian Komunikasi Juga Bikin Panduan Etika Gunakan Media Sosial
Menurut Steven, pihaknya berkomitmen untuk menjunjung tinggi aturan yang berlaku di semua negara bahkan di Indonesia. Untuk di Indonesia, Bigo Live mempunyai 10 karyawan yang khusus bertugas memonitor konten yang tidak sesuai.
"Ini untuk menjaga agar Bigo Live tetap ‘bersih’, baik yang mengandung SARA, pornografi maupun konten ilegal. Ada juga beberapa karyawan lainnya yang mengurus operasional kantor,” ujar Steven.
Bigo Live Jumat 13 Januari lalu baru saja meresmikan kantor barunya di Jakarta. Di kantor ini ada karyawan yang bertugas memantau, menyortir, dan melaporkan konten negatif yang diedarkan oleh oknum pengguna Bigo, untuk kemudian dilakukan blokir terhadap akun tersebut.
Steven menambahkan, proses monitoring dan sensor konten tidak hanya dilakukan di Indonesia, tapi juga melibatkan ratusan karyawan Bigo Live di kantor pusat di Cina.“Sepuluh karyawan di Indonesia ini akan bertugas bergantian, dalam tiga shift sehari, untuk melakukan monitoring dan sensor."
Baca: Menteri Jonan: Freeport Sepakat Akhiri Kontrak Karya
Mereka akan dibantu oleh 300 karyawan divisi monitoring dan sensor konten Bigo Live yang berlokasi di Ghuang Zou, Cina. "Yang paling canggih, Bigo Live melibatkan artificial intelligent dalam proses sensor dan monitoring,” Steven berujar.
Steven mengungkapkan bahwa sejatinya mereka memiliki enam lapis sensorship. Selain sensor oleh 10 orang lokal, 300 orang di kantor pusat dan AI, ada juga report button dan dua bentuk notifikasi default untuk memperingatkan pengguna dan pengunjung agar tidak memposting konten yang tidak sesuai.
“Kami memindai setidaknya 70 juta gambar, dalam bentuk screenshot, setiap hari, dari seluruh pengguna Bigo Live di dunia,” ucapnya.
Ihwal kantor baru di Jakarta, menurut Steven, merupakan salah satu komitmen Bigo Live dalam memenuhi aturan di Indonesia. Pihaknya memfokuskan diri untuk membantu mempromosikan Indonesia, tidak hanya lokasi wisata yang indah tapi juga budaya yang beragam. Termasuk juga menjadi tempat promosi bagi UKM, baik small medium industri maupun small medium enterprise, di Indonesia.
SETIAWAN ADIWIJAYA