Produksi Ferronikel Sultra dan Sulteng Setara Eropa Barat

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Rabu, 11 Januari 2017 23:00 WIB

Airlangga Hartanto. TEMPO/ Taufik Subarkah

TEMPO.CO, Jakarta - Produksi ferronikel dan stainless steel di provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Sulawesi Tengah (Sulteng) bakal setara Eropa Barat, kata Menperin Airlangga Hartarto.

"Dua provinsi ini memiliki klaster ferro nikel yang besar," ujarnya usai kunjungan kerja ke kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, dan Forum Group Discussion (FGD) di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu, 11 Januari 2017.

Ia menjelaskan seiring dengan kebijakan pemerintah terkait hilirisasi industri termasuk hasil tambang seperti yang diamanatkan Undang-Undang Nomor tentang Mineral dan Batu Bara, maka produsen barang tambang harus melakukan pengolahan dan pemurnian atau smelter barang tambang yang dihasilkan sebelum diekspor ke luar negeri.

"Saat ini sudah ada 22 industri smelter yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia, yang 75 persen telah beroperasi secara komersial," katanya.

Airlangga menilai hal itu merupakan bukti keseriusan perusahaan dalam mendorong industri baru di bidang pengolahan dan pemurnian atau smelter hasil tambang, yang telah menyerap investasi hingga 12 miliar dolar AS.

Ia menyebut Sulawesi terutama Sultra dan Sulteng merupakan sentra produksi nikel terbesar. Ada dua industri baru smelter ferronikel yang sudah beroperasi di Kawasan Industri Morowali, Sulteng, yaitu PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas produksi sebesar 300 ribu ton per tahun.

"Tahun 2015 perusahaan itu telah menghasilkan nickel pig iron sebanyak 215.784,11 ton," katanya.

Selain itu ada PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry yang juga telah beroperasi pada awal 2016 dengan kapasitas produksi 600 ton per tahun. Tahun 2016 perusahaan asal Tiongkok itu melaporkan produksi ferronikel sebesar 193.806 ton.

Kemudian ada dua industri sejenis yang masih dalam tahap pembangunan yaitu PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan kapasitas produksi 600 ribu ton ferronikel per tahun dan satu juta stainless stell per tahun, kemudian ada PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome yang ditargetkan selesai pembangunannya pada 2018.

Selain di Morowali (Sulteng), industri smelter ferronikel terpadu juga sedang dibangun di kawasan industri Konawe (Sultra), yang juga merupakan sentra produksi biji nikel.

"Masing-masing provinsi akan memiliki kapasitas produksi ferronikel hingga dua juta ton, itu sama dengan produksi di seluruh Eropa Barat," kata Airlangga.

Ia berharap industri smelter hasil tambang tersebut mampu menggerakkan perekonomian setempat, termasuk menumbuhkan industri kecil dan menengah (IKM) baru, sehingga bisa memperluas lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

"Kita (akan) memiliki industri ferronikel terpadu di provinsi ini, sama dengan Krakatau Steel yang menghasilkan baja terintegrasi, hanya produksinya (industri ferronikel sebagai bahan baku stainless steel) bisa sampai garpu dan sendok," kata Airlangga.

ANTARA

Berita terkait

Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

22 April 2021

Gojek Beri Pelatihan UMKM Untuk Pahami Tren Bisnis Selama Ramadan 2021

Gojek menghadirkan Akademi Mitra Usaha (KAMUS) dan tren bisnis menarik selama Ramadhan yang ditujukan untuk pelaku UMKM

Baca Selengkapnya

Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

6 April 2018

Tren Co-Living Space, Tempat Hunian Sekaligus Area Kerja Anda

Menjamurnya co-working space saat ini menjadi sebuah tren tempat para pengusaha berkumpul. Namun sekarang sudah ada tempat tinggal dengan rekan kerja.

Baca Selengkapnya

Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

22 Januari 2018

Ruben Onsu Buka Restoran Geprek Bensu Kedua di Bali

Restoran Geprek Bensu kedua di Bali menjadi cabang yang ke-60 di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

16 Januari 2018

Mau Bisnis Tambah Lancar? Kampus Shopee Kembali Digelar

Mahir dalam bisnis kini tak perlu sulit lagi. Ada Roadshow Kampus Shopee. Tahun ini akan menjangkau lebih dari 30 kota di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

8 November 2017

Icing ala Korea, Rahasia Legit Bisnis Bolu

Cake dengan dekorasi icing yang artistik jauh lebih menggugah selera, meskipun pada kenyataannyaicing seringkali disisihkan atau tidak dikonsumsi.

Baca Selengkapnya

Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

13 September 2017

Muhammadiyah Jajaki Pendirian Holding Company Bisnis Usaha

Muhammadiyah tengah menjajaki pendirian holding yang akan memayungi semua unit bisnis usaha yang sudah berjalan.

Baca Selengkapnya

Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

2 September 2017

Mau Buka Bisnis Baru? Contoh Baim Wong yang Belajar dari Medsos  

Baim Wong (35) tak mau hanyut dalam tren seleb yang berbisnis oleh-oleh
kekinian di sejumlah kota. Baim belajar bikin siomay

Baca Selengkapnya

Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

3 Agustus 2017

Dimas Seto Terjun ke Bisnis Kuliner, Begini Siasat Suksesnya

Bisnis kuliner oleh-oleh kekinian milik artis kian menjamur. Dimas Seto mengaku tidak takut dengan persaingan bisnis.

Baca Selengkapnya

Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

21 Juli 2017

Bisnis Menjanjikan, Martha Tilaar Wadahi Penata Rias Artis

PAC MUAster menjadi satu society khusus bagi para profesional penata rias artis

Baca Selengkapnya

Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

17 Juli 2017

Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks

Keinginan Nila Tanzil menyediakan akses buku bagi anak Indonesia Timur melahirnya bisnis sosial Travel Sparks tahun 2014. Apa kuncinya biar happy?

Baca Selengkapnya