TEMPO.CO, Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa pada Desember 2016 sebesar US$ 116,4 miliar atau meningkat dibanding periode bulan sebelumnya, sebesar US$ 111,5 miliar. Salah satu penyebab peningkatan cadangan devisa itu adalah menguatnya aliran dana asing yang masuk ke Indonesia.
”Penguatan cadangan devisa diperkuat masuknya dana asing dari pasar keuangan bersamaan dengan masuknya dana repatriasi,” ujar ekonom Bank Permata, Josua Pardede, saat dihubungi pada Selasa, 10 Januari 2017.
Akhir Desember lalu merupakan batas periode II program pengampunan pajak (tax amnesty) pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengumumkan dana hasil repatriasi mencapai Rp 141 triliun.
Faktor lain pendongkrak cadangan devisa adalah penerbitan global bonds pemerintah pada Desember lalu sebesar US$ 3,5 miliar. Adapun foreign net buy yang tercatat di pasar obligasi sebesar US$ 754 juta.
”Kemudian, terjadi juga penurunan capital outflow di pasar saham,” katanya. Menurut Josua, nilai tukar rupiah sepanjang Desember juga cenderung stabil, meskipun sempat melemah 0,7 persen dibanding bulan sebelumnya.
Kenaikan cadangan devisa juga mengindikasikan perbaikan ekspor di Desember. Utang luar negeri juga diperkirakan menurun. “Sedangkan dari operasi moneter BI cenderung menyerap lelang SBBI valas sebesar US$ 320 juta dibanding bulan sebelumnya, yang menyerap US$ 310 juta.”
Secara keseluruhan tahun, Josua memperkirakan cadangan devisa pada 2017 berpotensi meningkat, meskipun peningkatannya masih menurun dibanding 2016. “Hal yang mempengaruhi adalah ekspektasi peningkatan defisit neraca berjalan (CAD) serta penurunan surplus neraca modal dan finansial,” ujarnya. Akibatnya akan berdampak menurunnya surplus neraca pembayaran.
Namun Josua berharap kekuatan fundamental ekonomi Indonesia dapat meredam potensi risiko global. “Sehingga cadangan devisa pada akhir 2017 diperkirakan berkisar US$ 115–120 miliar.”