Indef: Benahi Pertanian untuk Kualitas Pertumbuhan Ekonomi  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Jumat, 30 Desember 2016 01:35 WIB

Petani memanen sayuran di bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta, 5 Januari 2016. Pemerintah daerah berencana menjadikan bantaran Kanal Banjir Timur sepanjang 16 kilometer, dari Cipinang besar hingga Ujung Menteng sebagai lahan pertanian. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengusulkan sektor pertanian dibenahi untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi.

Dia melihat sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 35 persen dan berkontribusi 15 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

“Sektor pertanian harus dibereskan. Langkah-langkahnya banyak, utamanya di sektor pertanian hortikultura,” kata Eko saat ditemui di kantor Indef, Jakarta Selatan, Kamis, 29 Desember 2016.

Salah satu ide yang diberikan oleh Eko adalah klasterisasi komoditas pangan. Klasterisasi ini dibagi tiga, yakni komoditas pertanian untuk ekspor, komoditas dengan keterkaitan tinggi dengan inflasi, dan komoditas yang memberikan dampak besar pada pendapatan petani.

Menurut Eko, klasterisasi memperjelas sasaran komoditas tersebut, serta akan melahirkan penanganan yang tepat terhadap komoditas-komoditas tersebut.

Eko memandang, selama ini, ada komoditas pertanian yang meningkat harganya, tapi kenaikan itu tidak dinikmati petani, tapi para distributor.

Karena itu, selain melakukan klasterisasi, Eko juga menyerukan perlunya perbaikan tata niaga komoditas pertanian. Perbaikan secara institusional, menurut dia, bisa menghasilkan margin yang awalnya dinikmati pedagang, bisa dinikmati petani.

Implikasi perbaikan sektor pertanian akan memiliki implikasi besar, misalnya pada hari raya. Sebab, harga-harga komoditas naik, tapi petani tidak sampai menikmati hasil kenaikan tersebut. “Ada momentum-momentum harga bagus, mendorong petani untuk menanam,” ujar Eko.

Namun, mengingat lahan pertanian yang sempit, Eko mengungkapkan perlunya intensifikasi. Masalah intensifikasi perlu didukung research and development yang kuat. Sampai saat ini diketahui dukungan bagi kegiatan R&D masih kecil.

Dari data yang dimiliki Indef, R&D spending di Indonesia masih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu baru 0,27 persen dari PDB pertanian. Padahal Malaysia memiliki angka 1,92 persen dari PDB pertanian mereka untuk R&D.

Karena kegiatan R&D yang rendah inilah, penemuan benih unggul yang dihasilkan tak sesuai dengan harapan. Padahal return on investment untuk R&D tinggi, yaitu antara 43 persen sampai 151 persen.

DIKO OKTARA

Berita terkait

Mitigasi Dampak El Nino, Mentan Lepas Brigade Alsintan Ke Merauke

4 hari lalu

Mitigasi Dampak El Nino, Mentan Lepas Brigade Alsintan Ke Merauke

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman melepas satuan brigade alat dan mesin pertanian (brigade alsintan) menuju Kabupaten Merauke.

Baca Selengkapnya

Sulawesi Barat Siap Suplai Pangan Penduduk IKN

5 hari lalu

Sulawesi Barat Siap Suplai Pangan Penduduk IKN

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, memberikan bantuan untuk meningkatkan produksi sektor pertanian dan perkebunan di Sulawesi Barat (Sulbar).

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

11 hari lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Mentan Bangun Klaster Pertanian Modern

11 hari lalu

Mentan Bangun Klaster Pertanian Modern

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, akan membangun klaster pertanian modern seluas 10.000 hektare di Kabupaten Bandung.

Baca Selengkapnya

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

13 hari lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

15 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

18 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

22 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

25 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

26 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya