Indef: Produktivitas Masyarakat Indonesia Rendah  

Reporter

Kamis, 29 Desember 2016 21:23 WIB

Pekerja tengah mengemas TV LG yang telah dirakit di pabrik LG di kawasan industri MM2100 Cibitung, Jawa Barat, 13 April 2016. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, mengatakan saat ini produktivitas masyarakat Indonesia terbilang rendah. Padahal, kata Ahmad Heri, produktivitas dan daya saing merupakan agenda besar pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo.

“Negara kita sulit memacu produktivitas yang tinggi, indikatornya terlihat di sektor riil, khususnya industri manufaktur,” kata Ahmad Heri Firdaus saat ditemui di kantor Indef, Jakarta Selatan, Kamis, 29 Desember 2016.

Ahmad Heri mengungkapkan, kondisi industri yang sedang menurun terlihat dari deindustrialisasi yang terjadi lebih awal dan cukup cepat. "Saat ini kontribusi PDB terhadap industri adalah 19,9 persen, padahal dulu sempat mencapai angka 28 persen," ujarnya.

Bagi Ahmad Heri, penurunan sektor industri terhadap PDB (produk domestik bruto) terlalu awal. Alasannya, industri belum mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk proses penciptaan nilai tambah dan perluasan lapangan kerja yang optimal. “Dominasi sektor jasa terlalu dini," tutur Ahmad Heri.

Menurut Ahmad Heri, industri dalam negeri mengalami deindustrialisasi karena kurang didukung sarana dan prasarana berwujud kawasan industri. “Dari beberapa tahun lalu sampai sekarang, kawasan industri masih 74 jumlahnya.”

Meski pemerintah berencana menambah kawasan industri strategis, bagi Ahmad Heri, yang paling penting bukanlah kuantitas semata, melainkan efektivitas kawasan industri tersebut. “Ini tidak didukung pembiayaan memadai, investor tidak tertarik,” ujarnya.

Semua masalah di atas mengakibatkan adanya produktivitas industri yang minim. Hal ini ditambahkan dengan masalah produktivitas sumber daya manusia yang masih memiliki keterbatasan secara kualitas.

Selain masalah tenaga kerja, pengembangan inovasi dan teknologi yang lambat juga membuat industri dalam negeri tidak berkembang. Ahmad Heri menilai Indonesia terlalu bergantung pada teknologi asing sehingga menyebabkan struktur Indonesia tidak kompetitif. “Penguasaan teknologi dan inovasi adalah kunci peningkatan produktivitas dan daya saing,” tuturnya.

DIKO OKTARA

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

14 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

45 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

45 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

46 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

46 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

46 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

59 hari lalu

Ekonom Ungkap Kriteria Ideal Menkeu Pengganti Sri Mulyani: Tidak Yes Man

Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti mengungkapkan kriteria ideal Menkeu seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

6 Maret 2024

Terkini: Ramai-ramai tentang Dana Bos untuk Program Makan Siang Gratis, Harga Bitcoin Tembus Rekor Rp 1 Miliar

Ekonom senior UI Faisal Basri menentang rencana penggunaan dana BOS untuk program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

6 Maret 2024

Ekonom Indef Beberkan Penyebab Harga Pangan Naik, Mulai dari Pemilu hingga Ramadan

Ekonom senior Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani membeberkan sejumlah faktor penyebab naiknya harga kebutuhan pokok,

Baca Selengkapnya