Pertamina: Penambahan Kapasitas Kilang Cilacap Dipercepat
Editor
Rully Widayati
Kamis, 22 Desember 2016 23:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina dan Saudi Aramco bersepakat mempercepat proses penambahan kapasitas Kilang Cilacap, Jawa Timur, dari rencana awal selesai pada 2022 menjadi 2021.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya telah mengukuhkan kemitraan dengan Saudi Aramco untuk menambah kapasitas Kilang Cilacap dari 348 ribu barel per hari (bph) menjadi 400 ribu bph.
Dwi mengatakan pihaknya menandatangani kesepakatan kerja sama berupa joint venture agreement dengan Direktur Utama Saudi Aramco Amin Nasser.
Setelah memperpanjang head of agreement (HoA) dua kali, tutur Dwi, empat poin telah disepakati sejak akhir November 2016. Empat poin yang telah disepakati adalah terkait pasokan minyak mentah, kontrol manajemen, lifting, dan valuasi aset eksisting di Kilang Cilacap.
Dengan kesepakatan tersebut, pihaknya pun optimistis proyek bisa berjalan, bahkan dipercepat, dari target awal, yaitu selesai pada 2021 atau setahun lebih cepat.
Untuk menyelesaikan proyek lebih cepat, pihaknya harus memulai persiapan lahan pada 2017, yang dilanjutkan dengan tahap pendefinisian proyek (front end engineering design/FEED) selama setahun. Kemudian, kata Dwi, konstruksi fisik dilakukan pada 2019.
“Awalnya proyek ini selesai pada 2022, tapi dalam rapat terakhir, CEO Saudi Aramco Amin Nasser men-challenge tim dan commit untuk menyelesaikan pada 2021,” ujarnya saat jumpa pers di Jakarta, Kamis, 22 Desember 2016.
Adapun proyek tersebut membutuhkan investasi US$ 5 miliar, yang nantinya akan dibagi sesuai dengan kepemilikan saham. Pertamina menguasai 55 persen dan Aramco 45 persen.
Sementara untuk pasokan minyak mentahnya, Aramco akan memasok minyak mentah hingga 270 ribu bph. Sisanya, yakni sekitar 130 ribu bph, akan dipasok Perseroan.
Melalui proyek tersebut, Kilang Cilacap akan menghasilkan tambahan produk berupa gasolin sebesar 80 ribu bph, solar 60 ribu bph, dan avtur 40 ribu dengan standar emisi Euro 5. Selain itu, unit produksi bahan bakar minyak akan terhubung dengan unit produksi pelumas dan petrokimia.
“Untuk saham, masih sama dengan kesepakatan sebelumnya, Pertamina 55 persen, Aramco 45 persen,” ucap Dwi.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Megaproyek Kilang dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, ketika proyek selesai, kilang bisa beroperasi lebih efisien dengan capaian Nelson Complexity Index (NCI) yang semakin tinggi, yaitu dari posisi saat ini 4 menjadi 9,4.
NCI yang lebih tinggi, kata Rachmad, bisa mengoptimalkan penyulingan minyak hingga 92 persen dari semula 74 persen. Dengan demikian, kendati kapasitas terpasangnya hanya naik 52 ribu bph, dari sisi kemampuan untuk menghasilkan produk bernilai (yield valuable product), lebih tinggi.
“Kompleksitasnya tertinggi, dengan NCI 9,4. Dengan NCI 9,4 dari sekarang 4, yield konversi hanya 73 persen, 74 persen, konversi naik menjadi 92 persen,” ujarnya.
Sementara untuk proyek lain, seperti penambahan kapasitas Kilang Dumai, Riau dan Kilang Balongan, Jawa Barat, Hardadi menyebut HoA dengan Saudi Aramco tak diperpanjang.
Dengan demikian, pihaknya harus melakukan kajian apakah akan melanjutkan proyek sendiri seperti pada Kilang Balikpapan atau mencari mitra baru. Rachmad mengatakan ada beberapa faktor pertimbangan, seperti waktu penyelesaian dan aspek finansial.
“HoA antara Saudi Aramco untuk Balongan dan Dumai sudah berakhir pada 26 November 2016,” katanya.
BISNIS.COM