Bappenas: Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Berkurang

Reporter

Kamis, 22 Desember 2016 08:40 WIB

Seorang pemulung mencari sampah pelastik di Kawasan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta, 8 Januari 2016. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin periode Maret 2015 sebanyak 28,59 juta jiwa baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jika dibanding periode September 2014, angka penduduk miskin bertambah 27,73 juta orang. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat, jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun ini lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Pada semester pertama 2015, jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 28.592.000 orang Pada semester I 2016, jumlah penduduk miskin sebanyak 28.005.000 orang.

"Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin yang cukup signifikan," kata Rudy S. Prawiradinata, Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional di sela acara konferensi pers Akuntabilitas Sosial Mendukung Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar bagi Masyarakat di Jakarta, Rabu, 21 Desember 2016.

Rudy menjelaskan, saat ini, Bappenas bersama Program Suara dan Aksi Warga berupaya mengurangi jumlah penduduk miskin melalui pendekatan akuntabilitas sosial. "Pendekatan akuntabilitas sosial merupakan strategi Bappenas mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang," ucapnya.

Pendekatan akuntabilitas sosial ini, ujar Rudy, cukup membantu pemerintah dalam upaya mengurangi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Adapun kriteria kemiskinan menurut Bappenas adalah ketidakmampuan mencukupi kebutuhan pokok minimum, seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan, yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. "Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin," ujar Rudy.

Selain itu, tutur Rudy, dalam jangka panjang, pemerintah berkomitmen dapat menerapkan pendekatan sosial ini dalam pelaksanaan pemenuhan pelayanan dasar yang lebih luas, seperti sektor kesehatan, pendidikan, identitas hukum, sanitasi, air bersih, dan perlindungan sosial. Untuk tujuan ini, peran kecamatan serta fasilitator di pedesaan dan perkotaan perlu dioptimalkan untuk memfasilitasi penerapan akuntabilitas sosial.

"Memang untuk mengurangi jumlah penduduk miskin tidaklah mudah, dibutuhkan peranan instansi-instansi lain," katanya.

GRANDY AJI | NN





Advertising
Advertising

Berita terkait

Penurunan Angka Kemiskinan Rendah ketika Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, Bappenas: Ada Disrupsi Ekonomi

8 Februari 2023

Penurunan Angka Kemiskinan Rendah ketika Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, Bappenas: Ada Disrupsi Ekonomi

Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa membuka penyebab rendahnya penurunan angka kemiskinan di tengah pertumbuhan ekonomi

Baca Selengkapnya

ASPEKSINDO: Perencanaan Pembangunan Nasional Masih Berbasis Darat

25 Oktober 2022

ASPEKSINDO: Perencanaan Pembangunan Nasional Masih Berbasis Darat

RUU Daerah Kepulauan ini sangat strategis dalam membangun daerah berciri kepulauan dan pesisir.

Baca Selengkapnya

Nasib Gedung Bappenas di Jakarta Setelah Ibu Kota Negara Pindah ke Kalimantan

29 April 2022

Nasib Gedung Bappenas di Jakarta Setelah Ibu Kota Negara Pindah ke Kalimantan

Pemerintah memikirkan nasib bangunan pemerintah setelah ibu kota negara pindah ke Penajam Paser Utara. Sudah ada gambaran tentang gedung Bappenas.

Baca Selengkapnya

BRIN Buka Peluang Kerja Sama Riset dengan Lembaga Independen

21 Februari 2022

BRIN Buka Peluang Kerja Sama Riset dengan Lembaga Independen

BRIN tengah mencari cara melembagakan bentuk kerja sama dengan LRI seperti yang telah dilakukan dengan sejumlah universitas.

Baca Selengkapnya

Peran Lembaga Riset Independen Dorong Kebijakan Inklusif

21 Februari 2022

Peran Lembaga Riset Independen Dorong Kebijakan Inklusif

Lembaga riset independen melakukan riset hingga dapat menghasilkan produk pengetahuan, lalu mengadvokasi kepada lembaga pemerintahan agar dapat mendorong pada hasil kebijakan yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Mewujudkan Ekonomi Biru melalui Inovasi Pendanaan

23 Desember 2021

Mewujudkan Ekonomi Biru melalui Inovasi Pendanaan

Konsolidasi melibatkan berbagai kementerian dan lembaga untuk menyiapkan pendanaan biru sehingga dapat memperoleh blue bond.

Baca Selengkapnya

Mengulas Swakelola Tipe III antara Pemerintah dan Ormas

23 November 2021

Mengulas Swakelola Tipe III antara Pemerintah dan Ormas

Swakelola Tipe III baru berjalan sejak 2018. Masih banyak pihak ormas dan pemerintah yang belum memahaminya. Sosialisasi penggunaan dan manfaat patut digencarkan.

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem Tak Terkendala Anggaran

29 September 2021

Ma'ruf Amin Sebut Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem Tak Terkendala Anggaran

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyebutkan tantangan dalam menanggulangi kemiskinan ekstrem saat ini bukanlah keterbatasan anggaran.

Baca Selengkapnya

Integrasi Risiko Dalam Investasi Kelautan dan Perikanan

16 Juli 2021

Integrasi Risiko Dalam Investasi Kelautan dan Perikanan

Setiap bentuk investasi bidang perikanan, pesisir dan laut harus berbasis kemampuan daya dukung, kemampuan resilience ekosistem dan berdampak luas bagi ekonomi masyarakat

Baca Selengkapnya

Harmonisasi Pembangunan Kelautan Dan Perikanan

15 Juli 2021

Harmonisasi Pembangunan Kelautan Dan Perikanan

Ada tiga isu yang sangat strategis yakni harmonisasi kewenangan dan kordinasi pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, serta harmonisasi Rencana Pengelolaan Perikanan setiap WPP.

Baca Selengkapnya