Berencana Bangun Pabrik Lagi, Antam Ingin Izin Ekspor Nikel  

Reporter

Rabu, 21 Desember 2016 21:15 WIB

Foto udara kawasan hutan yang rusak di Lahat, Sumatera Selatan, 25 Februari 2015. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 30 persen hutan dan kawasan konservasi atau 10,5 juta hektare rusak karena perambahan, pembalakan liar, kebakaran, dan pembukaan lahan baru untuk perkebunan/pertambangan. ANTARA/Iggoy el Fitra

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Antam (Persero) Tbk Tedy Badrujaman berencana membangun kembali pabrik feronikel seusai kontrak kerja sama Pembangunan Proyek Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) Tahap I Line I ditandatangani hari ini bersama konsorsium PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan Kawasaki Heavy Industries Ltd.

"Kami membangun di Buli (Halmahera Timur) karena cadangannya ada di sana. Ini baru tahap I line I. Janji kami ke pemerintah 27 ribu ton nikel. Saat ini, kami baru bisa bangun 13.500 ton nikel per tahun," kata Tedy seusai penandatanganan kontrak kerja sama tersebut di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Rabu, 21 Desember 2016.

Baca: Risiko Pasar Meningkat, IHSG Rawan Koreksi

Tedy mengatakan pembangunan pabrik-pabrik feronikel selanjutnya dibutuhkan karena perseroan mesti memenuhi persyaratan kapasitas minimal 40 ribu ton nikel per tahun agar diperbolehkan membangun pabrik stainless steel. "Setelah ini, kami akan cari dana untuk bangun line berikutnya sampai kami bisa bangun stainless steel di Buli," tuturnya.

PT Antam (Persero) Tbk akan membangun Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) bersama konsorsium PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan Kawasaki Heavy Industries Ltd. Proyek yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku itu, memiliki nilai kontrak Rp 3‚42 triliun. Pembangunan pabrik ini dibiayai dengan dana penyertaan modal negara (PMN).

Baca: Penutupan Hari Ini, 200 Saham Mengalami Penurunan

Namun, karena tahun depan pemerintah tidak akan memberikan PMN lagi kepada BUMN, Tedy mengusulkan agar Antam diizinkan mengekspor nikel berkadar rendah yang tidak dibutuhkan di dalam negeri. "Yang kami proses adalah yang paling bawah, kadarnya paling tinggi. Nikel yang berkadar tinggi lebih ekonomis," ujar Tedy.

Menurut Tedy, nikel berkadar rendah di pasar dunia mencapai sekitar US$ 40-50 per ton nikel. Apabila Antam diperbolehkan ekspor, pemerintah dapat menetapkan bea keluar US$ 10-20 per ton nikel. "Antam tak perlu banyak-banyak keuntungannya, US$ 5 per ton saja sudah cukup untuk membangun pabrik," kata Tedy.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

1 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

4 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

6 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

22 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

23 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

23 hari lalu

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.

Baca Selengkapnya

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

24 hari lalu

Kasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran

Pada Kamis, 4 April 2024, istri Harvey Moeis, selebriti Sandra Dewi mendatangi Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi

Baca Selengkapnya

Istana Buka Suara soal Luhut Disebut Tak Setuju Revisi PP Minerba Usul Bahlil

25 hari lalu

Istana Buka Suara soal Luhut Disebut Tak Setuju Revisi PP Minerba Usul Bahlil

Menteri Sekretaris Negara Pratikno tak menampik soal posisi Luhut yang tidak setuju.

Baca Selengkapnya

Sengkarut Korupsi Rp 271 Triliun di PT Timah Tbk, Begini Awal Mula Berdiri BUMN Pertambangan Timah

25 hari lalu

Sengkarut Korupsi Rp 271 Triliun di PT Timah Tbk, Begini Awal Mula Berdiri BUMN Pertambangan Timah

PT Timah Tbk terbelit kasus korupsi hingga Rp 271 triliun. Begini profil perusahaan BUMN pertambangan timah yang telah didirikan sejak 1976.

Baca Selengkapnya

Klaim Lakukan Banyak Perbaikan, Bos PT Timah Mengaku Tak Terlibat dalam Kasus Korupsi Rp 271 Triliun

25 hari lalu

Klaim Lakukan Banyak Perbaikan, Bos PT Timah Mengaku Tak Terlibat dalam Kasus Korupsi Rp 271 Triliun

Direktur Utama PT Timah Ahmad Dani Virsal mengaku tak terlibat dalam kasus dugaan korupsi tata niaga timah wilayah IUP perseroan.

Baca Selengkapnya