TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta pemangku kepentingan yang berwenang dalam penerbitan mata uang Indonesia rupiah, yakni Bank Indonesia untuk memperkuat sistem pengamanan terhadap setiap lembar dan setiap keping mata uang rupiah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari pemalsuan terhadap mata uang.
"Teknologi pengamanan yang digunakan negara jangan sampai kalah dengan para pemalsu rupiah," ujar Presiden yang kerap disapa Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran seri mata uang rupiah terbaru di kompleks Bank Indonesia, Senin, 9 Desember 2016.
Menurut Jokowi, rupiah adalah ciri khas dan identitas bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga martabat dan kedaulatan rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan di seluruh dunia.
Baca: Ada Pesan Khusus di Pecahan Rupiah Baru
"Mencintai rupiah adalah salah satu wujud kecintaan kita kepada kedaulatan dan kemandirian bangsa Indonesia. Setiap lembar rupiah adalah wujud kedaulatan kita sebagai negara," tutur Jokowi.
Dalam setiap lembar rupiah adalah bukti kemandirian bangsa, di tengah ekonomi dunia. Adapun dalam setiap lembar rupiah ditampilkan gambar pahlawan nasional, tari Nusantara, dan pemandangan alam. Menurut Jokowi, hal itu merupakan wujud budaya dan karakteristik bangsa.
Baca: BI Minta Jokowi Dukung Proses RUU Redenominasi Rupiah
"Saya mengajak insan di Tanah Air untuk terus mencintai rupiah dengan cara nyata, selalu menggunakan rupiah setiap transaksi keuangan di dalam negeri dan menyimpan tabungan dalam bentuk rupiah," katanya.
Selain itu, Jokowi meminta masyarakat Indonesia untuk tidak menyebarkan kabar tidak benar tentang rupiah. Sebagai informasi, beberapa waktu lalu masyarakat sempat dihebohkan dengan kabar penarikan uang besar-besaran dari bank umum atau biasa dikenal dengan istilah rush money.
"Kalau kita cinta rupiah maka kita tidak membuat dan menyebar gosip aneh dan kabar bohong tentang rupiah. Karena menghina rupiah sama saja dengan menghina Indonesia. Rupiah tidak akan diganti dan tidak akan tergantikan," ucap Jokowi.
DESTRIANITA
Berita terkait
Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
1 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Baca SelengkapnyaMeski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
2 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaBRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
2 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Baca SelengkapnyaSuku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
3 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
3 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
Baca SelengkapnyaBI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
3 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Baca SelengkapnyaBI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
4 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
5 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaEkonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025
6 hari lalu
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.
Baca SelengkapnyaZulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi
7 hari lalu
Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.
Baca Selengkapnya