Agus Marto Curigai Penguatan Rupiah karena Faktor Ini  

Reporter

Rabu, 14 Desember 2016 17:19 WIB

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menjawab pertanyaan wartawan usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Gedung KPK Jakarta, 1 November 2016. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo menilai penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam sepekan terakhir didorong squaring atau transaksi penyelesaian oleh para manajer investasi. "Penguatan rupiah yang terjadi sekarang ini lebih banyak karena fund manager (manajer investasi), termasuk hedge fund itu yang sedang melakukan squaring di akhir tahun, dan mereka mempersiapkan diri untuk inaugurasinya (pengukuhan secara resmi) dari Presiden Amerika Serikat terpilih, dalam hal ini Donald Trump," ucap Agus seusai rapat kerja dengan Komisi XI di Jakarta, Rabu, 14 Desember 2016.

Hedge fund adalah suatu dana yang dikumpulkan dari nasabah yang biasanya berasal dari lapisan atas. Dana ini dikelola secara privat—sehingga tidak dibatasi oleh aturan-aturan investasi layaknya suatu reksa dana—oleh manajer investasi.

Baca: Ini Prediksi Pergerakan Rupiah Hingga Akhir Pekan

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah pada Rabu ini mencapai 13.285 per dolar Amerika Serikat, menguat dibanding hari sebelumnya sebesar 13.309 per dolar Amerika. Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sempat melemah seusai terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika ke-45.

Terkait dengan rencana kenaikan suku bunga The Fed (Fed Fund Rate) yang kemungkinan besar akan dilakukan pada Rabu ini, Agus mengamini hal tersebut. Ia menyatakan BI akan tetap mewaspadai dampak kebijakan bank sentral Amerika tersebut.

"Akan tetap dilihat dan waspadai. Tapi pelaku pasar sudah memasukkan kenaikan Fed Fund Rate sebanyak 25 bps (basis poin). Sekarang yang menjadi perhatian adalah bagaimana pada 2017. Sebelumnya, pandangan kita adalah kenaikan dua kali dalam satu tahun, tapi mungkin ini bisa empat kali dalam satu tahun, jadi ini mungkin akan menjadi pembahasan," ujar Agus.

Baca:
Jelang Akhir Tahun, Kurs Rupiah Diramalkan Stabil

Agus juga menilai hasil pertemuan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) beberapa waktu lalu yang menyepakati pengurangan produksi minyak juga tetap perlu menjadi perhatian.

Bahkan, tutur Agus, Arab Saudi menyatakan akan memberikan penurunan secara cukup besar terhadap produksi minyak, sehingga membuat harga minyak lebih baik dan ada di kisaran 52 dolar per barel. "Kondisi ini yang menjadi perhatian kita. Tapi, di Indonesia, semua terjaga dengan baik. Nanti setelah RDG (rapat Dewan Gubernur) BI, kami baru bisa memberikan informasi," ujar Agus.

Agus menegaskan, bank sentral akan terus menjaga stabilitas moneter mengingat kondisi ekonomi Amerika menunjukkan perkembangan yang baik dari sisi inflasi dan lapangan kerja, yang diperkirakan akan berdampak ke dunia. "Karena itu, kami persiapkan dengan baik dan jaga stabilitas moneter," katanya.

ANTARA



Berita terkait

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

4 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

3 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

3 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

4 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

6 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya