Rupiah Melemah, IHSG Diperkirakan Lanjutkan Koreksi

Reporter

Jumat, 25 November 2016 09:10 WIB

Tamu undangan memperhatikan layar pergerakan index saham di Lantai Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 26 Agustus 2016. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan lagi, indeks mencatatkan penurunan 0,23% menjadi 5.441,50. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Melanjutkan perdagangan akhir pekan ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG di Bursa Efek Indonesia masih dibayangi dengan meningkatnya risiko pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan kenaikan imbal hasil atau yield obligasi di pasar global.

Yield obligasi Indonesia jangka waktu (tenor) 10 tahun kemarin naik 1,82 persen di 8,16 persen. Yield obligasi AS tenor 10 tahun tadi malam di 2,35 persen atau naik 1,56 persen.

Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto, kenaikan yield obligasi negara ini akan menekan pasar negara berkembang atau emerging market. Hal ini akan menekan pergerakan IHSG.

"IHSG diperkirakan akan bergerak dengan support di 5.075 dan resisten di 5.130 cenderung di teritori negatif," kata David Sutyanto dalam pesan tertulisnya. Jumat, 25 November 2016.

Pada perdagangan kemarin, pasar kembali didominasi tekanan jual menyusul meningkatnya risiko pasar emerging maket. Ini ditandai dengan penguatan dolar terhadap mata uang emerging market termasuk rupiah hingga mendekati Rp13.600.

"Kondisi ini merupakan dampak dari perkembangan global terutama di AS seiring ekspektasi naiknya inflasi dan yield obligasi yang memicu percepatan kenaikan bunga di AS dan berefek pada penguatan dolar AS," ucap David.

Kemarin IHSG akhirnya tutup koreksi 104,37 poin (2 persen) di 5.107,62. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,5 persen di Rp 13.558. Posisi ini merupakan posisi terendah rupiah sejak awal Juni lalu.

Meningkatnya volatilitas pergerakan IHSG dalam tiga pekan terakhir mencerminkan kenaikan risiko capital outflow seiring langkah The Fed yang akan melakukan normalisasi kebijakan moneternya meninggalkan rezim bunga murah.

Di tengah risiko pasar yang meningkat, aksi beli spekulatif mendominasi saham berbasiskan komoditas seperti tambang logam, batubara, dan perkebunan yang merespon kenaikan harga komoditasnya di pasar global. Kemarin saham-saham perkebunan juga bergerak bullish seiring kenaikan harga CPO di Malaysia yang sudah mencapai RM 3000 per MT.

Sementara Wall Street tadi malam libur memperingati Thanksgiving Day. Di zona Euro, indeks saham utama Eurostoxx tadi malam tutup menguat tipis 0,28 persen di 3.040,60. Sentimen pasar digerakkan pada perkembangan ekonomi Jerman yang stabil dengan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 yang menguat di 0,2 persen dibandingkan kuartal II.

Adapun harga minyak mentah stabil di kisaran US$ 47,98 per barel menjelang pertemuan OPEC pekan depan. Harga tembaga melonjak tadi malam hingga 1,6 persen di LME mencapai US$ 5.858 per metric ton (MT). Harga timah naik tipis 0,11 persen di US$ 21.300 per MT dan harga nikel koreksi 0,65 persen di US$ 11.550 per MT.

DESTRIANITA

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

1 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

4 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

7 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

9 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

10 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

IHSG Melemah Investor Tunggu Perkembangan Sengketa Pilpres, Rupiah Menguat

10 hari lalu

IHSG Melemah Investor Tunggu Perkembangan Sengketa Pilpres, Rupiah Menguat

IHSG ditutup melemah seiring pelaku pasar masih bersikap 'wait and see' terhadap hasil sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Pembacaan Putusan MK Pengaruhi IHSG, Perdagangan Ditutup Melemah 7.073,82

10 hari lalu

Pembacaan Putusan MK Pengaruhi IHSG, Perdagangan Ditutup Melemah 7.073,82

Putusan MK terkait sengketa Pilpres diprediksi akan mempengaruhi IHSG. Perdagangan hari ini ditutup 7.073,82 atau melemah 13,50 basis poin.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

11 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

14 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

16 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya