Ini Alasan Chatib Basri Lebih Senang Rupiah Melemah

Reporter

Rabu, 16 November 2016 15:18 WIB

Muhamad Chatib Basri. Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom yang juga mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya pada Desember mendatang. Kenaikan suku bunga The Fed atau Fed Rate tidak akan terjadi karena kondisi dalam negeri AS masih tidak stabil.

Namun, menurut Chatib, Fed Rate akan mengalami kenaikan apabila Presiden Terpilih AS Donald Trump benar-benar menjalankan kebijakannya untuk ekspansi fiskal. Dengan kebijakan pemotongan pajak dan peningkatan belanja oleh pemerintahan Trump, defisit anggaran AS akan meningkat.

"Defisit anggaran tersebut harus dibiayai dengan obligasi. Jika permintaan terhadap obligasi meningkat, suku bunga pun akan meningkat," kata Chatib dalam acara UOB Indonesia Economic Outlook 2017 di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Rabu, 16 November 2016.

Chatib optimistis Fed Rate tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat karena kondisi perekonomian AS akan terpukul. Apabila Fed Rate naik, barang impor di AS akan lebih murah. "Kalau Trump mendorong ekspansi fiskal, The Fed mungkin menaikkan bunga untuk membiayai defisit anggaran pada 2017-2018."

Chatib menambahkan, dengan naiknya Fed Rate, likuiditas akan terdorong kembali ke AS sehingga rupiah akan tertekan dalam jangka waktu menengah. Namun, dia mengaku lebih senang apabila rupiah melemah. "Karena itu yang akan menyelamatkan Indonesia, mengubah basis komoditas ke basis industri manufaktur," katanya.

Baca Juga: BPS: Trump Menang, Ekspor Tetap Aman

Bank Indonesia melihat sinyalemen dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Rerserve, cenderung untuk "dovish" atau lebih memilih mempertahankan rezim kebijakan moneter saat ini, mengingat belum efektifnya pemulihan ekonomi di negara Abang Sam tersebut.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat, 4 November 2016, memperkirakan The Fed baru akan memanfaatkan kesempatan pengetatan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga acuan pada Desember 2016.

"Ketidakpastian pemulihan ekonomi di AS itu jadi pertimbangan bagaimana The Fed akan sikapi dalam keputusan yang akan datang (Desember 2016)," kata dia.

The Fed baru saja mempertahankan suku bunga acuannya di 0,25-0,5 persen pada Rabu malam, di tengah masih melambatnya laju ekonomi global dan risiko-risiko di pasar keuangan global, salah satunya yang bisa ditimbulkan dari Pemilihan Presiden AS, 8 November 2016 mendatang. Pelaku pasar mempercayai, The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya pada Desember 2016, karna realisasi perbaikan ekonomi AS dan laju inflasi.

Sebelumnya Bank Indonesia melihat sinyalemen dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Rerserve, cenderung untuk "dovish" atau lebih memilih mempertahankan rezim kebijakan moneter saat ini. Hal ini mengingat belum efektifnya pemulihan ekonomi di negara Abang Sam tersebut.

Simak: PT DI Kembangkan Helikopter Anti-Kapal Selam Pesanan TNI-AL

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat, 4 November 2016, memperkirakan The Fed baru akan memanfaatkan kesempatan pengetatan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga acuan pada Desember 2016.

"Ketidakpastian pemulihan ekonomi di AS itu jadi pertimbangan bagaimana The Fed akan sikapi dalam keputusan yang akan datang (Desember 2016)," kata dia.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

3 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

5 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

6 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

9 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

9 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

9 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

10 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya