Pertanian Berkelanjutan Faktor Penting Hapus Kemiskinan

Reporter

Minggu, 30 Oktober 2016 17:32 WIB

Sejumlah warga penghuni kolong jembatan di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keadilan Ekonomi Oxfam di Indonesia Dini Widiastuti menilai, Indonesia memiIiki pekerjaan besar untuk menghapus kemiskinan dan kelaparan serta memastikan akses masyarakat, terutama bagi kelompok miskin. Hal itu menurut dia, sejaIan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang telah disepakati oleh Indonesia.

"Pertanian berkelanjutan menjadi salah satu dimensi penting yang ditegaskan daIam tujuan SDGs nomor dua, yakni mengakhiri kelaparan," kata Dini dalam keterangan tertulisnya, Minggu 30 Oktober 2016. Dia menambahkan, pertanian berkeIanjutan harus bertumpu pada penguatan akses dan kontrol petani skaIa keciI atas sumber daya yang ada.

Menurut Dini, kemiskinan masih menjadi persoaIan karena penduduk miskin masih mencapai 10,86 persen dari jumlah penduduk Indonesia. PersoaIan kemiskinan menjadi saIah satu faktor utama rendahnya akses masyarakat terhadap pangan. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, sekitar 20 juta penduduk mengaIami keIaparan setiap harinya.

Baca: HUT Ke-18 Bank Mandiri, Menteri Rini: Semoga Tambah Untung

Dini menambahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), peran komoditi pangan terhadap garis kemiskinan jauh Iebih besar dibandingkan peran komoditi non pangan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Namun, di sisi lain, sektor pertanian yang seharusnya menjadi tuIang punggung untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan keIaparan justru menurun.

Kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) juga merosot menjadi 13 persen pada 2013. Padahal, pada 2005, kontribusi sektor pertanian mencapai 13 persen. BPS juga mencatat, jumIah penduduk miskin pada 2013 mencapai 28,07 juta jiwa. Dari jumlah itu, menurut data BPS, 17,74 juta jiwa adalah penduduk desa yang mayoritas petani.

Koordinator Presidium Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) Agung Sedayu mengatakan, keragaman genetika juga semakin terancam ketika benih semakin dikuasai oIeh industri. Pada 2008, sekitar 71 persen benih jagung, 40 persen benih padi, dan 70 persen benih hortikultura dikuasai oleh perusahaan.

Simak: Pertamina Terapkan 'Satu Harga BBM' di Kalimantan Utara

"Pemerintah semestinya lebih mendukung petani melestarikan dan menggunakan benih lokal dibanding penggunaan benih rekayasa genetika yang kurang adaptif terhadap keberagaman kondisi sosial dan budaya," ujar Agung. Kondisi tersebut, menurut dia, semakin rumit ketika para petani kecil semakin tak berdaya dengan gempuran impor pangan.

FAA PPMI meminta pemerintah untuk segera mewujudkan komitmennya dalam meningkatkan derajat petani. "Sekaligus memelihara keragaman hayati, termasuk keragaman genetika, benih, tanaman budaya, serta memanfaatkan sumber genetika dan pengetahuan tradisional di masyarakat," kata Agung.

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

14 jam lalu

Mengenal Guinea, Lawan Timnas Indonesia U-23 di Playoff Olimpiade Paris 2024

Timnas Indonesia U-23 harus menang melawan Timnas Guinea U-23 jika ingin lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

2 hari lalu

Mentan Amran Genjot Produksi di NTB Melalui Pompanisasi

Kekeringan El Nino sudah overlap dan harus waspada.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

3 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

3 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

5 hari lalu

Program Electrifying Agriculture PLN, Mampu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero), terus memberikan dampak positif bagi pertanian di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

9 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

12 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

13 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

13 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

13 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya