Sebelum Lepas Saham Gocap, Bursa Efek Simulasi Aturan Baru

Reporter

Jumat, 14 Oktober 2016 23:04 WIB

Tito Sulistio. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mendetailkan prinsip terkait rencana untuk melepas harga saham minimal Rp 50 per lembar saham yang selama ini dikenal sebagai ‘saham tidur’. Direktur Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio menilai, BEI sebagai regulator pada prinsipnya tidak boleh mengintervensi perdagangan di pasar modal. Termasuk di antaranya menentukan harga saham.

Adapun intervensi bursa pada awal terbentuknya harga Rp 50 per lembar saham menurut Tito karena kondisi pasar saat itu dipengaruhi krisis, sehingga ditakutkan harga saham anjlok. “Value saham itu ditentukan oleh pasar. Pada waktu krisis kami buat. Sebetulnya kami tidak boleh intervensi,” ucap Tito Sulistio di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 14 Oktober 2016.

Karena itu, BEI sedang mengkaji aturan sebelum harga saham sebesar Rp 50 itu dilepas ke publik, sesuai mekanisme pasar, di mana harga ditentukan oleh pasar berdasarkan permintaan dan penawaran. Kajian itu, menurut Tito terkait tentang fraksi harga, jumlah saham dalam satu lot, dan batas auto rejection. “Makanya kami lagi bikin simulasi. Mungkin lotnya kami ubah, mungkin fraksinya, kami usulkan lagi ke OJK,” ucap Tito.

Tito mencontohkan, apabila satu lembar saham senilai Rp 50 ketika dilepas sesuai mekanisme, harga turun menjadi Rp 5 per lembar saham. Berarti dalam satu lot (100 lembar), harga saham senilai Rp 500. Harga itu terlalu murah dibandingkan dengan biaya transaksi.

Contoh lainnya adalah apabila saham itu saat dilepas menjadi senilai Rp 5, jika ditransaksikan dan kemudian turun harga menjadi Rp 4, maka hal itu sudah melanggar ketentuan auto rejection yang masih berlaku bursa. Sebab, batas bawah harga turun sebesar 20 persen. "Sedangkan auto rejection yang berlaku saat ini adalah asimetris di mana untuk harga saham minimal Rp 50-Rp 200 batas minimal auto rejection sebesar 10 persen, dan jika melebihi itu, transaksi akan ditolak sistem," kata Tito.

Sebelumnya, BEI sudah mantap untuk mengembalikan posisi auto rejection perdagangan saham ke aturan lama. Ini berarti, batas auto rejection akan kembali simetris, baik untuk batas atas maupun batas bawah. Agar simetris lagi, BEI telah merampungkan aturan main tersebut untuk kemudian disodorkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendapat persetujuan.

Surat Keputusan Direksi BEI Nomor Kep-00096/BEI/08-2015 tentang Perubahan Batasan Auto Rejection mengatur perubahan auto rejection untuk batas bawah 10 persen pada tiga rentang harga. Sedangkan batas atas tetap seperti aturan sebelumnya. Rentang harga saham Rp 50 sampai Rp 200 punya batas atas 35 persen. Sementara untuk rentang harga saham antara Rp 200 hingga Rp 5.000, batas atas yang berlaku adalah 25 persen. Untuk harga di atas Rp 5.000, maka batas atasnya sebesar 20 persen.

DESTRIANITA

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

18 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

3 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

7 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

7 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

7 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

8 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

11 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

14 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

14 hari lalu

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

Pasca-serangan Iran ke Israel, perekonomian Asia ditengarai melemah diikuti dengan beragam fenomena yang terjadi. Bagaimana dampak bagi Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

14 hari lalu

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

OJK membeberkan dampak memanasnya konflik di Timur Tengah kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Baca Selengkapnya