Ficer: Pahit Getirnya Hidup Nelayan di Sendang Biru, Malang  

Reporter

Selasa, 11 Oktober 2016 09:19 WIB

Aktivitas jual beli ikan tuna di Pasar Ikan Sendang Biru, Kabupaten Malang, Jawa Timur. TEMPO/Eko Widianto

TEMPO.CO, Malang - Pria berkulit legam lantaran terbakar sinar matahari itu duduk di atas kapal ikan, bersama sesama nelayan. Namanya Slamet Muji Santoso, 24 tahun. Sehari-hari ia menghabiskan waktu di lautan, menjadi nelayan yang ia percaya adalah panggilan hidupnya.

Slamet mewarisi pekerjaan ayahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Sebuah perahu yang dibeli sang ayah pada 10 tahun silam menjadi modal utamanya.

“Saat itu membeli perahu bekas seharga Rp 95 juta,” kata Slamet, nelayan Sendang Biru, Desa Tambak Rejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang.

Sudah lebih dari lima bulan Slamet dan kawan-kawannya tak melaut karena cuaca buruk dan gelombang tinggi. Mereka memilih memperbaiki alat tangkap sambil menunggu cuaca kembali membaik. Namun nelayan nekat melaut untuk menangkap ikan tuna dan cakalang demi memenuhi kebutuhan hidup. Meski taruhannya adalah nyawa dan tenggelam ditelan gelombang besar. Mereka tak punya pilihan. Terjerat utang dan tagihan yang menumpuk yang membuat mereka menjadi nekat.

Slamet memilih tak melaut. Untuk kebutuhan hidup dia berutang kepada pengambek atau tengkulak. “Utang dulu, dibayar setelah dapat ikan,” ucapnya.



Tak hanya untuk membeli bahan makanan selama tak melaut, dia juga berutang kepada pengambek untuk biaya operasional selama melaut. Jumlahnya tak kecil, sebesar Rp 10-12 juta untuk membeli 120 kilogram es, bahan makanan, dan 1.000 liter solar. Itu bekal yang digunakan untuk berlayar selama 10-12 hari dengan lima anak buah kapal.

Selama musim ikan, kata Slamet, dalam sepekan bisa terkumpul sekitar 100 ekor ikan tuna yang besarnya bisa mencapai 50-70 kilogram. Tapi saat musim paceklik, selama sepekan melaut bahkan tak bisa membawa pulang satu ekorpun. Itu sebabnya, nelayan terpaksa berutang kepada tengkulak dan terus menumpuk. Hasil penjualan dari tangkapan ikan bisa dibuat untuk membayar utang tersebut.

Perahulah yang jadi jaminan utang kepada pengambek. Tak jarang, nelayan harus rela kehilangan kapalnya lantaran tak mampu membayar utang yang terus menumpuk, kala ikan hasil tangkapan nihil. Para nelayan yang jatuh bangkrut, akhirnya menjadi anak buah kapal biasa. Pengambek menyita kapal yang dijaminkan.

“Banyak kapal yang sudah disita, jangan sampai kapal saya juga disita,” kata Slamet. Dia memilih berutang ke pengambek karena lebih cepat dan tak ribet.

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

3 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

5 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

6 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

10 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

11 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

16 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

21 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

29 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

38 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

41 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya