Ficer: Pahit Getirnya Hidup Nelayan di Sendang Biru, Malang  

Reporter

Selasa, 11 Oktober 2016 09:19 WIB

Aktivitas jual beli ikan tuna di Pasar Ikan Sendang Biru, Kabupaten Malang, Jawa Timur. TEMPO/Eko Widianto

Berbeda dengan kredit ke perbankan yang dianggap berbelit-belit. Seperti menyediakan surat ijin usaha, kartu keluarga, dan syarat administrasi lainnya. Padahal hanya sepelemparan batu dari dermaga berdiri sebuah kantor unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang buka saban hari. “Saya tak pernah ke bank, urusannya jadi ribet,” ucapnya.

Pemilik kapal, katanya, memiliki bagian separuh dari hasil tangkapan. Sementara selebihnya dibagi rata dengan seluruh anak buah kapal. Jika musim ikan, Slamet pernah mendapat penghasilan sekitar Rp 30 juta sekali melaut. Sedangkan saat musim paceklik mereka harus gigit jari tak ada pemasukan sama sekali.

Contohnya sekarang, kala musim paceklik. Sebagian nelayan beralih bekerja sebagai ojek, kuli bangunan, dan buruh tani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan nelayan asal luar Malang seperti Makassar, Balikpapan, Probolinggo, dan Madura memilih pulang ke kampung halamanannya. Sekitar 40 persen nelayan merupakan warga pendatang.





Saat Tempo singgah ke sana, ratusan kapal nelayan bersandar di dermaga. Tak banyak aktivitas nelayan yang melaut mencari ikan tuna. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondok Dadap tampak sepi. Sejumlah pekerja duduk tercenung. Mereka bercengkerama atau sekedar bermain telepon pintar untuk menhilangkan kebosanan.

Sejak pagi, tak banyak transaksi jual beli ikan tuna. Hanya sekitar tiga kapal yang bongkar muat barang dan melelang ikan hasil tangkapannya.

Umar Hasan, salah seorang pengambek mengatakan tak banyak ikan yang dihasilkan hari ini. Hanya nelayan pemberani, katanya, yang nekat melaut mencari ikan. Dari total 1000 kapal nelayan, hanya 10 persen yang melaut. Selebihnya tetap berdiam diri di Sendang Biru. “Cuma dapat empat ton ikan tuna,” katanya.

Tak heran, harga ikan tuna melonjak dari Rp 8 ribu per kilogram jadi Rp 15 ribu. Padahal saat musim ikan, setiap hari tak kurang dari 50 ton sampai 100 ton ikan tuna masuk ke TPI Pondok Dadap.

Umar menjelaskan, nelayan dan pengambek sebenarnya mitra yang saling membutuhkan dalam bisnis ikan tangkap di Sendang Biru. “Tak ada perjanjian, hanya saling kepercayaan,” katanya.

Pinjaman untuk para nelayan, kata dia, tak cuma-cuma. Pengambek mendapat keuntungan lima persen dari hasil penjualan ikan hasil tangkapan. Ikan yang dihasilkan para nelayan juga langsung dibeli pengambek. Setiap musim pengambek memberikan ikatan berupa modal usaha atau biaya operasional. Untuk kapal sekoci sebesar Rp 30-50 juta sedangkan untuk kapal slerek Rp 150-200 juta.

Uang perikatan itu digunakan untuk membeli alat tangkap, membeli es dan solar selama satu musim atau tujuh bulan. Seorang pengambek bisa menangani antara 30-50 kapal. Ikan hasil tangkapan nelayan harus dijual kepada masing-masing pengambek, tak bisa dijual ke pihak lain.


Advertising
Advertising




Padahal sekitar 25 persen ikan tuna hasil tangkapan nelayan dipasok ke industri untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke Jepang dan Eropa. Terutama untuk ikan tuna segar berdaging merah yang berbobot antara 30-80 kilogram per ekor.

Berita terkait

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

17 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

20 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

20 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

24 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

25 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

31 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

35 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

43 hari lalu

Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

53 hari lalu

Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka

Baca Selengkapnya

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

55 hari lalu

Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.

Baca Selengkapnya