TEMPO.CO, Jakarta - PT Freeport Indonesia membenarkan kabar bahwa sampai saat ini mogok massal sekitar 1.000 pekerja masih berlangsung. Juru bicara Freeport, Riza Pratama, mengatakan mogok sudah terjadi selama lima hari. "PT Freeport Indonesia sedang berupaya untuk mengatasi masalah ini," ujar Riza melalui pesan pendek, Senin, 3 Oktober 2016.
Riza ogah menjelaskan tuntutan para pekerja. Katanya, manajemen tengah berunding supaya operasi pertambangan bisa pulih kembali. Riza juga tidak menjelaskan soal kesediaan perusahaan menampung tuntutan pekerja.
Sejak lima hari lalu, produksi tambang terbuka Freeport di Tembagapura lumpuh. Sedangkan operasional tambang bawah tanah berlangsung seperti biasa. "Kami ingin mengembalikan operasi tambang terbuka sesegera mungkin," kata Riza.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Gatot Ariyono mengatakan sudah menerima laporan mogok massal ini. Kata Bambang, mogok dihelat pekerja tambang terbuka yang menuntut kesetaraan bonus dengan pekerja tambang bawah tanah.
Pekerja mengancam mogok massal selama sebulan. "Mereka ingin bonus sama menjadi 50 persen. Poin lainnya ada tetapi kecil-kecil," ujar Bambang.
Kementerian, kata Bambang, masih memantau perundingan antara pekerja dan manajemen Freeport. "Itu masalah internal perusahaan. Kita belum mau intervensi," tuturnya.