TEMPO.CO, Jakarta - Bursa saham AS ditutup menguat tipis pada perdagangan Selasa (20 September 2016) karena investor bersikap wait and see sebelum pertemuan kebijakan moneter di AS dan Jepang. Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 0,05% atau 9,79 poin ke posisi 18.129,96, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 menguat 0,64 poin atau 0,03% ke level 2.139,76.
Meskipun Federal Reserve diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan hari ini, investor akan menunggu pernyataan bank sentral AS untuk petunjuk kenaikan suku bunga pada bulan-bulan mendatang.
Sementara itu, Bank of Japan diperkirakan akan kembali melonggarkan kebijakan menurut jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom.
"Tidak banyak yang berpikir Fed Fund Rate akan naik besok , tetapi sudah ada pembicaraan mengenai apakah The Fed akan mengubah sikap menjadi lebih hawkish,” kata Walter Todd, kepala investasi di Greenwood Capital, seperti dilansir Reuters.
Berdasarkan situs CME FedWatch yang dilansir Reuters, probabilitas kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan hari ini hanya mencapai 18%, namun probabilitas kenaikan pada Desember meningkat menjadi 60%.
Departemen Perdagangan menunjukkan pembangunan rumah baru menurun 5,8% ke 1,14 juta dalam tingkat tahunan dari revisi 1,21 juta laju bulan sebelumnya. Sektor kesehatan menjadi pendorong utama penguatan indeks S&P dengan menguat 0,4%, sedangkan sektor energi penahan penguatan indeks dengan pelemahan 0,8%.
BISNIS.COM
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
1 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
7 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
38 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya