Prancis Larang Penggunaan Gelas-Piring Plastik Sekali Pakai

Reporter

Rabu, 21 September 2016 02:00 WIB

DOk. TEMPO

TEMPO.CO, Jakarta - Prancis menjadi negara pertama di dunia yang melarang penggunaan gelas dan piring plastik sekali pakai.

Sebuah peraturan baru di Prancis menuntut semua peralatan makan sekali pakai dibuat dari 50 persen yang berasal dari bahan organik yang dapat diurai di rumah pada Januari 2020. Angka itu akan naik hingga 60 persen pada Januari 2025.

Angka tersebut adalah penambahan untuk Undang-undang Transisi Energi bagi Perkembangan Hijau", sebuah hukum luas yang diadopsi tahun lalu dengan tujuan memitigasi dampak perubahan iklim.

Prancis berharap menjadi pemimpin dunia dalam solusi energi dan lingkungan, dikatalisasi oleh konferensi Perubahan Iklim COP21 yang digelar di Paris Desember lalu.

150 gelas plastik terbuang setiap detik di negara itu -- 4,37 milyar per tahun, berdasar Asosiasi Kesehatan dan Lingkungan Prancis (ASEF).

Hanya satu persen dari mereka yang didaur ulang, kebanyakan karena mereka terbuat dari campuran polipropilen dan polistiren.

Reaksi dunia industri

Pack2GoEurope, sebuah asosiasi industri yang mewakili pabrik pengepakan makanan Eropa mengatakan tindakan tersebut melanggar peraturan Uni Eropa (UE) atas pergerakan barang-barang bebas.

Mereka telah meminta Komisi UE untuk memblok hukum Prancis dan berkonsultasi dengan para pengacara soal mengambil langkah hukum melawan Prancis.

Hukum baru Prancis merupakan hasil kerja Ségolène Royal, Menteri Ekologi, Pembangunan Berkelanjutan dan Energi.

Rencana "Perkembangan Hijau" miliknya itu bertujuan memangkas limbah tempat pembuangan sampah hingga setengah pada 2025 dan mengurangi emisi rumah kaca sebanyak 40 persen pada 2030, dibanding level di tahun 1990.

Pada Juli, Prancis mengenakan pelarangan total pendistribusian kantong plastik ringan di kasir supermarket. sebuah tindakan yang juga sudah dilakukan di beberapa negara lain.

Bangladesh menjadi negara pertama yang melarang penggunaan kantong plastik di tahun 2002, setelah mereka mengeblok sistem drainase saat banjir. Negara-negara seperti Afrika Selatan, Kenya, Tiongkok, Rwanda dan Meksiko juga mengikuti tuntutan itu, termasuk juga negara bagian tertentu di Amerika Serikat.

Para ilmuwan memperkirakan sekitar delapan juta ton limbah plastik berakhir di samudera pada 2010, angka tersebut bisa bertambah hingga 10 kali lipat kecuali manajemen limbah internasional ditingkatkan.
ANTARA

Berita terkait

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

5 jam lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

6 hari lalu

Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

10 hari lalu

Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"

Baca Selengkapnya

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

16 hari lalu

Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

24 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

24 hari lalu

Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo

Baca Selengkapnya

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

25 hari lalu

Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza

Baca Selengkapnya

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

29 hari lalu

Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

30 hari lalu

Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

April Mop atau April Fool's Day pada 1 April punya kisah panjang sejak 1582.

Baca Selengkapnya

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

34 hari lalu

Perpustakaan Harvard Menghilangkan Kulit Manusia dari Buku Koleksinya

Seorang dokter Prancis "mengikat buku itu dengan kulit manusia yang diambil tanpa persetujuan dari jasad pasien wanita," menurut Perpustakan Harvard

Baca Selengkapnya