TEMPO.CO, Jakarta - Pusat perbelanjaan memberikan porsi lebih besar kepada penyewa ruang (tenant) sektor makanan dan minuman sebagai salah satu upaya menarik lebih banyak pengunjung setelah sempat terpengaruh perlambatan daya beli masyarakat. Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengakui pusat perbelanjaan sempat terpangaruh perlambatan daya beli masyarakat, serta mulai merasakan efek perkembangan e-commerce di Indonesia meski belum terlihat ke seluruh kategori tenant.
Pengaruh terbesar dirasakan oleh tenant di sektor produk elektronik dan gawai. “Ada peningkatan dong. Kami juga mikir sekarang, apasih barang-barang yang paling sering orang datangi? Fesyen tidak beli tiap hari, tapi kalau makanan kan tiap hari,” ujarnya kepada Bisnis seusai konferensi pers Wonderful Indonesia Culinary & Shopping Festival (WICSF) 2016, Senin (19 September 2016).
Tenant yang ada pun memiliki diferensiasi yang unik sehingga konsumen tidak kehabisan pilihan dalam memilih tempat makan. Namun, Stefanus mengaku tidak bisa mengambil angka rata-rata berapa besar porsi tenant makanan dan minumam di pusat perbelanjaan yang ada di bawah APPBI karena konsep setiap malitu berbeda-beda.
Ada mal yang memang sejak awal lebih banyak memasang tenant F&B, dan ada yang tidak. Sementara itu, manajemen Pakuwon Jati (PWON) menyatakan porsi ruang untuk tenan F&B di mal di bawah pengelolaannya itu rata- rata 30%. Selain menambah porsi tenant makanan dan minuman, pengelola mal didorong untuk melakukan perubahan konsep secara keseluruhan, seperti dengan memberikan pelayanan lebih interaktif dan informatif kepada konsumen.
Menurut APPBI, pusat perbelanjaan di Indonesia lebih banyak didukung oleh komunitas sehingga konsepnya berbeda dengan mal di luar negeri yang hanya fokus pada belanja. Oleh karena itu, pengelola pusat perbelanjaan didorong untuk kreatif dalam menarik pengunjung untuk datang. Secara keseluruhan, pertumbuhan kinerja pusat perbelanjaan sepanjang tahun ini diperkirakan lebih baik walaupun masih di bawah dua digit .
APPBI memproyeksi pertumbuhannya bisa berkisar 8%. “Kami sekarang lebih lihat dari sisi okupansi dibandingkan pendapatan. Tingkat okupansi rata-rata 90% dan bahkan untuk beberapa mal banyak yang mengantre ingin masuk. Jadi, sekarang bagus sekali,” tambah Stefanus. Di sisi lain, sejumlah peritel pun menambah unit bisnis F&B untuk menopang kinerja saat konsumsi masyarakat belum pulih, seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI)dan Kawan Lama Group.
Mitra Adiperkasa membawa merek Jamba Juice, yang menawarkan produk smoothies and bowls dari buah-buah an dan sayuran segar. Merek asal AS itu memiliki 800 gerai di 26 negara. Perseroan mempunyai merekF&B seperti Krispy Kreme, Starbucks, Pizza Express, dan Burger King. Kategori F&B berkontribusi 12% terhadap total
sales group .
Kawan Lama membawa merek Cupbop dari AS, yang menawarkan makanan Korea. Sebelumnya, perusahaan hanya mengandalkan merek Chatime di unit bisnis tersebut. Perseroan menyatakan perkembangan sek- tor F&B sangat signifikan dan memuaskan. WICSF Kementerian Pariwisata melalui program percepatan pengembangan wisata kuliner dan belanja akan menggelar Wonderful Indonesia Culinary & Shopping Festival (WICSF) 2016 pada 27 September-27 Oktober 2016.
Acara ini bakal diselenggarakan di 16 kota di 12 provinsi secara serentak dan diadakan di pusat perbelanjaan masing-masing kota. Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Vita Datau Messakh mengatakan acara ini merupakan salah satu upaya pemerintah mempromosikan kekayaan budaya Indonesia. “Diharapkan bisa menjadi acara tahunan dalam rangka mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara.” Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti menuturkan target wisatawan mancanegara yang datang dari kategori kuliner dan budaya adalah sekitar 2,5 juta orang pada tahun ini
BISNIS