Ini Penyumbang Deflasi di Bulan Agustus

Reporter

Kamis, 1 September 2016 14:28 WIB

TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo, mengatakan deflasi Agustus 2016 sebesar 0,02 persen terutama disebabkan oleh penurunan harga bahan makanan, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang cukup tajam.

"Harga-harga mengalami penurunan setelah libur lebaran, tarif-tarif kembali normal," ujar Sasmito, di kantor BPS, Jakarta, Kamis, 1 September 2016.

Bahan makanan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,68 persen. Kelompok bahan makanan yang harganya menurun adalah sayur-sayuran, padi-padian, dan umbi-umbian. Adapun komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan terhadap deflasi adalah daging ayam ras 0,04 persen, wortel 0,03 persen, tomat sayur, jeruk, dan bawang merah masing-masing 0,02 persen, lalu beras, daging sapi, bayam, apel, pepaya, tomat buah, dan bawang putih 0,01 persen.

"Ini karena permintaan yang mulai menurun, lalu imbas panen raya, sehingga pasokan dari dalam negeri ditambah impor juga baik," kata Sasmito.

Baca Juga: BI: Akhir Agustus, Deflasi 0,04 Persen

Sementara itu untuk kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi 1,02 persen. Komoditas yang dominan menyumbang deflasi adalah tarif angkutan antar kota 0,11 persen, tarif angkutan udara 0,06 persen, tarif kereta api dan tarif pulsa ponsel masing-masing 0,01 persen.

Sementara itu, BPS mencatat tingkat inflasi dari Januari hingga Agustus (ytd) mencapai 1,74 persen, dan tingkat inflasi dibandingkan periode tahun sebelumnya (yoy) sebesar 2,79 persen. Komponen inti pada Agustus mengalami inflasi sebesar 0,36 persen, tingkat komponen inti Januari hingga Agustus (ytd) sebesar 2,24 persen, dan dibandingkan periode tahun sebelumnya (yoy) sebesar 3,22 persen.

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pernah mngatakan pada masa mendatang diprediksi masih terdapat beberapa risiko inflasi yang patut diwaspadai, khususnya terjadinya la nina. "Periode basah sudah mulai terasa. Ini akan berpengaruh pada volatile food dan ini bisa menekan inflasi. Selama ini juga terjadi koreksi harga, terus dibandingkan dengan saat lebaran," katanya seusai rapat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017 bersama Badan Anggaran di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2016.

Simak: Komisi XI Restui Pemangkasan Anggaran oleh Menteri Keuangan

Pada 2017, inflasi diperkirakan akan tetap di kisaran 4 plus-minus 1 persen. Menurut Agus, terdapat potensi meningkatnya laju inflasi jika terjadi penyesuaian harga listrik 900 VA. "Kalau dilakukan penyesuaian, akan ada dampak terhadap inflasi. Tapi inflasi tetap dalam range 4 plus-minus 1 persen," tuturnya.

GHOIDA RAHMAH|ANGELINA ANJAR SAWITRI



Berita terkait

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

9 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

9 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

9 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

9 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

9 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

27 hari lalu

Penerbangan Internasional di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar Meningkat 8,29 Persen

Aktivitas penerbangan internasional yang datang, berangkat, dan transit di Bandara Sultan Hasanuddin Airport Makassar pada Februari 2024 meningkat.

Baca Selengkapnya

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

30 hari lalu

BPS: Kenaikan Harga Beras Eceran 2024 Paling Tinggi Sejak 2011

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia A. Widyasanti mengatakan harga beras eceran mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen secara bulanan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

30 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya