Garuda Indonesia Incar Pasar New York dan Los Angeles

Reporter

Senin, 15 Agustus 2016 22:56 WIB

Pesawat Garuda Indonesia. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan nasional, PT Garuda Indonesia, membidik pasar New York dan Los Angeles sebagai destinasi rute penerbangan ke Amerika Serikat setelah Indonesia dinyatakan lolos kategori 1 standar keselamatan Federal Aviation Administration (FAA).

Hingga berubah menjadi kategori 1, Indonesia masih dalam kategori 2 seturut standar FAA. Imbasnya sangat luas dan sistemik, di antaranya tidak boleh mengarungi angkasa Amerika Serikat hingga delapan tahun terakhir.

Dengan label kategori 1 FAA maka Indonesia setara dengan Singapura, Filipina, Brunei Darussalam serta Malaysia untuk negara-negara ASEAN. Juru Bicara PT Garuda Indonesia, Benny S Butarbutar, usai peninjauan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, di Tangerang, Senin (15 Agustus 2016), mengatakan, akan ada dua hingga tiga penerbangan dalam seminggu untuk kedua rute internasional lintas benua-samudera itu.

"Tidak banyak-banyak dulu, seminggu dua hingga tiga kali agar konsisten," katanya. Dia mengungkapkan langkah pertama adalah untuk memperoleh kepercayaan pasar terlebih dahulu.

Dia menuturkan, New York di pantai timur Amerika Serikat dipilih karena sebagai pusat bisnis dunia yang digelari Big Apple, sementara Los Angeles di pantai barat Amerika Serikat juga memiliki pasar tersendiri.

Saat ini, lanjut dia, PT Garuda Indonesia belum bisa menerbangkan secara langsung ke Amerika Serikat dan rencananya akan menjadikan Bandara Internasional Narita, di Tokyo, Jepang sebagai poros (hub). "Kalau Haneda lebih banyak penerbangan domestik, jadi kami pilih Narita," katanya.

Namun, dia tidak menampik ke depannya akan melayani penerbangan langsung karena lebih disukai pemakai jasa penerbangan, seperti Jakarta-Amsterdam dan London-Jakarta. Butarbutar mengatakan, pesawat yang akan digunakan, yaitu pesawat berbadan besar sekelas Boeing B-777.

"Kita juga datangkan pesawat baru karena dengan teknologi yang dimiliki, aerodinamisnya dan lainnya bisa menghemat 10-15 persen avtur," katanya. Pasalnya, lanjut dia, dari struktur biaya operasional, bahan bakar menempati porsi 40 persen. Dia juga menargetkan tingkat keterisian penumpang (load factor) sampai 75 persen agar bisa menopang pendapatan. "Kalau hanya 60 persen, belum bisa, idelanya 75 persen," katanya.


ANTARA

Berita terkait

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

5 hari lalu

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

Pnumpang maskapai penerbangan ini merasa diperlakukan sebagai penumpang kelas ekonomi meski sudah bayar kelas bisnis.

Baca Selengkapnya

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

10 hari lalu

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

Ketika traveling dengan pesawat, dia otomatis masuk dalam kategori anak bawah umur yang harus didampingi supervisor.

Baca Selengkapnya

Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

11 hari lalu

Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

Tony Fernandes ditunjuk sebagai penasihat dan pengurus Grup Chief Executive Officer (Advisor and Steward Group Chief Executive Officer) AirAsia.

Baca Selengkapnya

Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

15 hari lalu

Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

Awalnya, pesawat tidak dicat, hanya menampilkan bodi aluminium yang dipoles. Namun, tren berubah sejak 1970-an.

Baca Selengkapnya

Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

16 hari lalu

Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

Usai dugaan serangan Israel ke Iran, sejumlah maskapai penerbangan mengubah rute.

Baca Selengkapnya

Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

16 hari lalu

Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

Selama ini perbedatan tentang merebahkan kursi pesawat memang sedikit meresahkan. Maskapai penerbangan mulai mengganti kursi yang lebih ringan

Baca Selengkapnya

Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

19 hari lalu

Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

Salah satu penumpang merasa antusias mengikuti penerbangan yang memberikan pengalaman unik

Baca Selengkapnya

Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

22 hari lalu

Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

Penerbangan Australia, Qantas Airways, menyusul Lufthansa, menangguhkan penerbangan hingga mengalihkan rute akibat ancaman balasan Iran ke Israel.

Baca Selengkapnya

Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

28 hari lalu

Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

Bandara Dublin menerapkan aturan keamanan baru di sisi airside

Baca Selengkapnya

Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

28 hari lalu

Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

Beberapa maskapai penerbangan bahkan menawarkan pengalaman khusus untuk perjalanan gerhana matahari total.

Baca Selengkapnya