Tanpa Subsidi, Harga Beras Kamboja Lebih Murah dari Indonesia

Reporter

Senin, 8 Agustus 2016 02:10 WIB

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, panen padi di kawasan persawahan Sumberpucung, Malang, 26 Februari 2015. Menurut Amri, stok beras di Bulog sebanyak 1,3 juta ton, sedangkan kebutuhan beras nasional sebesar 32 juta ton, diharapkan dengan masuknya masa panen raya ini bisa menutupi kebutuhan beras nasional. TEMPO/Aris Novia Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Harga beras di Kamboja lebih murah ketimbang di Indonesia, berkisar US$ 0,25-0,6 atau setara Rp 3.300-7.400 per kilogram. Bandingkan dengan harga beras termurah di Jakarta yang mencapai Rp 8.000 dan rata-rata berkisar Rp 9.000-11.000 per kilogram.

Anehnya, meski harga beras murah, pemerintah Kamboja tidak mensubsidi pertanian yang memproduksi beras. Adapun di Indonesia, subsidi yang sudah pasti adalah subsidi pupuk setiap tahun. Menteri Pertanian Amran Sulaiman tidak memungkiri harga beras di Indonesia paling mahal.

Namun Amran menampik mahalnya harga beras karena ongkos produksi pertanian. Amran mengatakan harga beras di tingkat petani setara dengan harga beras di Asia Tenggara. Ia merujuk harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani, yang menurut data BPS mencapai Rp 3.800-4.500 per kilogram.

Amran menilai, mahalnya harga beras di tingkat konsumen karena tata niaga. "Rantainya terlalu panjang. Itu bukan domain Kementerian Pertanian," katanya kepada Tempo, Jumat, 6 Agustus 2016.

Selain Kamboja, harga beras di Indonesia relatif lebih mahal ketimbang Thailand (Rp 7.300 per kilogram), Vietnam (Rp 5.700), dan Myanmar (Rp 5.900). Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi harga beras di Kamboja, Tempo bersama Oxfam Indonesia, organisasi nirlaba yang berfokus pada advokasi pangan lokal, pada 26-28 Juli 2016, berkesempatan mengunjungi pembangunan pertanian di Provinsi Pursat, sentra produksi padi di Kamboja. Pursat berjarak enam jam perjalanan darat dari Ibu Kota Phnom Penh.

Deputi Departemen Pertanian Provinsi Pursat Sem Sothea mengatakan pertanian di Kamboja tidak disubsidi pemerintah seperti mayoritas negara di ASEAN. Pemerintah hanya sekali menyerahkan benih padi untuk petani. Musim tanam berikutnya petani mendapatkan benih dari hasil panennya.

"Di sini tidak ada subsidi pupuk dari pemerintah," kata Sem Sothea. Memasuki masa panen, petani harus berhadap-hadapan dengan tengkulak. Kelompok Tani dari Krang Tom Village Au Sandan Commune mengatakan beberapa petani harus menjalani praktek ijon dalam bertransaksi dengan tengkulak.

Meski ada peran tengkulak, perbedaan harga gabah di petani dengan harga di tingkat konsumen tidak terlalu jauh. Petani mengantongi hasil US$ 0,17 atau setara Rp 2.250 per kilogram dari tengkulak. Adapun harga jual di pasaran mencapai Rp 3.300-7.400.

Kendati harga beras murah, bukan berarti tidak ada masalah. Sem Sothea menegaskan, masalah pertanian adalah produktivitas petani yang relatif rendah dan masalah irigasi. "Rata-rata produksi padi 3 ton per hektare," katanya.

Jumlah lebih kecil lagi disampaikan Kelompok Tani dari Krang Tom Village Au Sandan Commune. Rata-rata produksi gabah mencapai 2,5 ton per hektare. Untuk meningkatkan produktivitas, beberapa kelompok petani mempraktekkan metode System of Rice Intensification (SRI). Salah satunya kelompok petani di Rolang Bandoy Village, Kanhor Commune. Mereka berhasil mengerek produktivitas padi menjadi 4,5 ton per hektare.

Terkait produktivitas padi, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengklaim petani Indonesia lebih bagus. "Rata-rata sudah 6 ton per hektare," katanya. Produktivitas terendah petani Indonesia ada yang hanya 2 ton per hektare dan tertinggi mencapai 9-10 ton per hektare. "Produktivitas kita termasuk tertinggi di Asia Tenggara," katanya.

AKBAR TRI KURNIAWAN

BURSA PILGUB DKI 2017
Pilgub DKI: Dukungan ke Risma Menguat, PDIP Bikin Kejutan?
Pilgub DKI: Kans Ahok Menyempit di PDIP, Ini Buktinya



Berita terkait

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

2 jam lalu

Cuaca Panas di Kamboja Sebabkan Gudang Amunisi Meledak, 20 Tentara Tewas

Cuaca panas menerjang sejumlah negara di Asia. Di Kamboja, gudang amunisi meledak hingga menyebabkan 20 tentara tewas.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

21 jam lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Panen Jagung di Sumbawa, Presiden Tekankan Pentingnya Jaga Keseimbangan Harga

1 hari lalu

Panen Jagung di Sumbawa, Presiden Tekankan Pentingnya Jaga Keseimbangan Harga

Presiden Joko Widodo, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan harga baik ditingkat petani, pedagang maupun peternak

Baca Selengkapnya

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

1 hari lalu

Uang Korupsi Syahrul Yasin Limpo Mengalir ke Mana? Antara lain Biaya Khitan, Buat Kafe, dan Skincare untuk Cucunya

Penggunaan uang korupsi Syahrul Yasin Limpo (SYL) terungkap di pengadilan. Mayoritas digunakan untuk kepentingan keluarga. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

3 hari lalu

Sempat Meroket Tajam, Harga Bawang Merah Berangsur Turun di Sejumlah Daerah, Ini Fakta-faktanya

Harga bawang merah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

4 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

5 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

6 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

9 hari lalu

Novel Baswedan Sebut Jika Polda Metro Jaya Tahan Firli Bahuri Bisa jadi Pintu Masuk Kasus Lainnya

Novel Baswedan menjelaskan, jika Firli Bahuri ditahan, ini akan menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang mengetahui kasus pemerasan lainnya.

Baca Selengkapnya