BI: Kebijakan Moneter Perlu Instrumen Kebijakan Fiskal  

Reporter

Selasa, 2 Agustus 2016 09:51 WIB

TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kebijakan moneter membutuhkan instrumen kebijakan fiskal untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang dialami Indonesia.

"Bergantung pada kebijakan moneter itu penting. Akan tetapi, itu tidak cukup, perlu ada optimalisasi policy mix dari kebijakan moneter, stimulus fiskal, dan reformasi struktural," kata Perry di Nusa Dua, Bali, Selasa, 2 Agustus 2016.

Perry mengatakan bahwa bank sentral telah berhasil menjaga stabilitas ekonomi sejak 2013 untuk menghadapi ketidakpastian global di berbagai negara maju maupun berkembang, yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, kebijakan moneter tersebut tidak bisa berdiri sendiri karena untuk meningkatkan permintaan dan penawaran yang dibutuhkan untuk mendorong konsumsi, diperlukan stimulus fiskal serta reformasi struktural yang dilakukan pemerintah.

"Stimulus fiskal dan reformasi struktural bisa menciptakan demand dan mendorong suplai. Itu yang sudah dilakukan pemerintah melalui deregulasi peraturan dengan penerbitan 12 paket kebijakan ekonomi," ujar Perry.

Menurut Perry, bauran kebijakan antara moneter dan makro itu bisa menjaga stabilitas nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta memiliki manfaat tidak hanya jangka pendek, tapi juga dalam jangka panjang.

"Dampaknya tidak hanya jangka pendek, tetapi juga jangka panjang karena ini berpengaruh pada pembangunan infrastruktur, insentif pajak, kemudahan perizinan, dan industrialisasi," katanya.

Selain itu, Perry menambahkan, bahwa perekonomian Indonesia bisa memanfaatkan masuknya aliran dana repatriasi dari program amnesti pajak karena modal tersebut bisa bermanfaat untuk menggerakkan sektor investasi swasta dan pasar keuangan.

Perry mengatakan bahwa bank sentral telah memiliki instrumen untuk menampung dana repatriasi tersebut karena dari sisi kebijakan, Indonesia telah memiliki kerangka kerja yang jelas dan posisi ekonomi yang lebih baik daripada negara-negara lain.

"Sekarang kondisinya lebih bagus daripada dahulu karena pasar tambah berkembang dan punya pengalaman. BI sudah siap karena mempunyai referensi itu. Tinggal bagaimana memaksimalkan manfaat tax amnesty untuk stabilitas dan pertumbuhan," ujar Perry.

ANTARA

Berita terkait

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 jam lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

7 jam lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

9 jam lalu

Penyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan

Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

21 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

1 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

4 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya