Ilustrasi mata uang rupiah. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah di pasar menguat 0,50 persen ke level Rp13.047 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin, 1 Agustus 2016. Direktur Eksekutif Institute Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan menguatnya rupiah karena ada cadangan devisa dari hot money.
“Tidak bisa dipilah betul apakah ini dampak dari Brexit, tax amnesty atau kembalinya Sri Mulyani,” ucap Enny pada Diskusi Rutin Solusi Ekonomi INDEF di Jakarta Pusat, Senin, 1 Agustus 2016.
Enny mengingatkan, penguatan sementara nilai tukar rupiah ini sangat rentan karena dana seperti ini mudah masuk dan keluar. Pemerintah, kata dia, perlu mewaspadai betul kerentanan yang disebabkan kenaikan ini.
Salah satu cara yang diusulkan adalah mengalokasikan hot money tersebut kepada sektor riil. "Sehingga dapat menguatkan faktor fundamental penguatan nilai rupiah, yakni ekspor dan impor," kata Enny.
Enny juga mengingatkan pemerintah agar tidak terlena dengan kenaikan nilai tukar rupiah yang fluktuatif ini. “Jangan sampai over-confident dan sampai over-estimate dalam melakukan banyak hal karena penguatan yang sementara,” ucap Enny.
Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi
52 hari lalu
Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi
Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi