TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat 84 poin menjadi Rp 13.108 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.192 per dolar Amerika Serikat.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan bahwa kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) masih menjadi salah satu faktor yang menopang nilai tukar rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
"Di sisi lain, permintaan terhadap mata uang domestik di tengah suasana libur Lebaran juga masih tinggi," kata Jonckheere di Jakarta, Senin, 11 Juli 2016.
Selain itu, lanjut Jonckheere, laju inflasi bulan Juni 2016 yang relatif terjaga menambah sentimen positif bagi mata uang domestik.
Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi Juni yang sebesar 0,66 persen membuat maka inflasi tahun kalender Januari-Juni 2016 sebesar 1,06 persen dan laju inflasi dari tahun ke tahun (year on year atau yoy) mencapai 3,45 persen.
Jonckheere menambahkan pelaku pasar uang juga meyakini bank sentral Amerika Serikat (The Fed) belum akan menaikan suku bunga acuannya dalam waktu dekat karena perlambatan ekonomi global, terutama Cina.
Selain itu, menurut Jonckheere, hasil pertemuan The Fed pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 14-15 Juni 2016 lalu juga memutuskan menahan suku bunga hingga bisa melihat dampak dari keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, menambahkan bahwa nilai tukar rupiah berpeluang mempertahankan sentimen penguatannya, namun koreksi mata uang domestik juga berpeluang muncul di tengah turunya harga komoditas dunia.
"Harga komoditas bisa menyebabkan menguatnya dolar AS," kata Rangga.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Senin, 11 Juli 2016 pagi ini berada di posisi US$ 44,98 per barel, turun 0,95 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi US$ 46,38 per barel, menguat 0,81 persen.
ANTARA
Berita terkait
Ciputra Resmi Akuisisi 15 Persen Saham Metropolitan Land Senilai Rp 367,4 M
13 November 2021
Ciputra Development melalui anak perusahaannya, Ciputra Nusantara resmi mengakuisisi 15 persen saham Metropolitan Land.
Baca SelengkapnyaIHSG Hari Ini Diperkirakan Masih Tertekan di Kisaran 5.803-5.960, Apa Sebabnya?
1 Februari 2021
Indeks harga saham gabungan atau IHSG pada perdagangan hari ini, Senin, 1 Februari 2021, diperkirakan masih tertekan.
Baca Selengkapnya2019, Ekonom Prediksi Nilai Tukar Rupiah Rata-rata Rp 14.725
6 Desember 2018
Ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana memperkirakan rupiah pada 2019 akan berada pada level Rp 14.725 per dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaIHSG Diprediksi Rebound Hari Ini, Tetap Waspadai Rupiah
18 Juli 2018
Pergerakan kurs rupiah diprediksi tetap mempengaruhi IHSG hari ini.
Baca SelengkapnyaInfobank Beri Penghargaan untuk 100 Emiten Berkinerja Baik
25 Januari 2018
Lembaga analis strategi perbankan dan keuangan, Infobank, akan memberikan penghargaan kepada 100 emiten dengan pertumbuhan tercepat.
Baca SelengkapnyaDibuka Menguat, IHSG Tiba-tiba Anjlok 14,09 Poin
3 Januari 2018
Pada awal perdagangan, IHSG dibuka menguat sebelum tiba-tiba turun.
Baca SelengkapnyaIHSG Diprediksi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Pilihan
6 Desember 2017
Untuk investasi jangka panjang, IHSG diprediksi akan memberi keuntungan.
Baca SelengkapnyaDolar Menguat, Rupiah Tertekan ke Level Rp 13.587
26 Oktober 2017
Rupiah ditutup melemah 0,07 persen atau 9 poin di Rp 13.587 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaRupiah Kembali Melemah, Ditutup di Level Rp 13.578 Per Dolar AS
25 Oktober 2017
Rupiah tertekan penguatan dolar Amerika Serikat saat imbal hasil obligasi Amerika meningkat.
Baca Selengkapnya5 Hari Melemah, Kurs Rupiah Akhirnya Kembali Rebound
24 Oktober 2017
Rupiah ditutup menguat 0,07 persen atau 10 poin di Rp 13.533 per dolar AS.
Baca Selengkapnya